Alhamdulillah, akhirnya hujan yang beberapa bulan dinanti-nanti oleh masyarakat Kalimantan Selatan akhirnya turun juga. Tidak tanggung-tanggung tiga hari berturut-turut mulai Rabu (2/10/2019) siang, hujan deras sabanjaran (semua tanah Banjar) dengan intensitas berbeda-beda membasahi banua.
Turunnya air hujan ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat selain mendinginkan suhu udara, air yang turun diharapkan bisa membantu melancarkan kembali pasokan air bersih di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin yang beberapa hari ini mengalami krisis bahan baku sehingga distribusi ke pelanggan juga terganggu.Â
Selain itu, turunnya hujan juga berpengaruh secara signifikan terhadap berkurangnya titik api atau hotspot di Kalimantan Selatan yang menurut pantauan terakhir BMKG turun drastis dari angka 128 ke angka 21 hotspot saja.
Hanya saja, turunnya hujan yang sebagian besar menyiram tanah gambut dan durasinya relatif singkat ini ternyata justru menyebabkan kembalinya kabut asap tebal menyelimuti Kota Banjarmasin dan sekitarnya. Uniknya, kabut asap yang lebih pekat ini tidak disertai bau yang menyegat, turun bersamaan dengan dinginnya suhu udara dan relatif mampu bertahan lebih lama dari kabut asap sebelumnya.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Area terdampak kabut asap paling parah pasca turunnya hujan perdana ini masih sama dengan kejadian-kejadian sebelumnya, yaitu enam titik penyumbang asap terbesar, seperti di bandara satu titik, di Peramuan beberapa titik dan di Guntung Damar yang sampai sekarang tetap dijaga.
Sesuai pantauan, di dalam Kota Banjarmasin kabut asap meskipun relatif pekat tapi jarak pandang sekitar 300-400 meter masih relatif tidak terlalu mengganggu aktivitas masyarakat.Â
Situasi berbeda didapati di kawasan luar kota Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru atau Martapura dan jalur trans Kalimantan arah Batulicin.Â
Di Kecamatan Bati-Bati akibatnya area Bandar Udara Syamsudin Noor di Banjarbaru hanya mempunyai visibility (jarak pandang) sekitar 300 meter saja dan pada Kamis (3/10/2019) pagi menyebabkan sekitar lima penerbangan di Bandara Syamsuddin Noor mengalami penundaan atau delay.
Menurut Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kalsel Wahyuddin, seperti dikutip dari koranbanjar, fenomena unik turunnya kabut asap pasca turun hujan ini disebabkan karena hujan yang turun sehari sebelumnya (kemarin 2/10/2019), sebagian besar turun di kawasan lahan gambut yang terbakar.Â
Intensitas hujan yang relatif singkat, rata-rata kurang lebih sekitar satu jam hanya membasahi bagian permukaan lahat gambut, tidak sampai pada bagian atau lapisan gambut yang terbakar yang biasanya berada di kedalaman sampai empat meter.Â