"Abah, Om-om itu aneh ya! Waktu kabut asap pake masker! Katanya untuk melindungi diri dari asap yang berbahaya! Lhah sekarang, nggak ada kabut asap mereka malah menghisap asap dari rokok! He...he...he... Lucu ya bah!?Â
Rangkaian pertanyaan diatas keluar dari bibir anak saya yang baru saja naik ke kelas 3 SD, saat lingkungan RT tempat tinggal kami hari minggu lalu mengadakan kerja bhakti. Pertanyaan diatas disambut senyum oleh beberapa tetangga yang kebetulan ikut mendengarnya.
"Kalau orang makan perut bisa kenyang,Â
kalau minum tenggorokan tidak haus,Â
terus kalau merokok itu untuk apa ya bah...?"
Pertanyaan anak saya ternyata masih berlanjut, awalnya tidak saya tanggapi dengan serius, bahkan saya dan beberapa tetangga yang mendengar, jadi tertawa mendengar kepolosannya.
Saya pikir pertanyaan yang saya anggap iseng dari bocah kelas 3 SD ini akan mudah saja untuk menjawabnya, tapi demi melihat dahinya yang berkerut tanda bingung sekaligus meminta penjelasan, akhirnya saya coba untuk mencermati pertanyaannya dengan serius dan dugaan saya meleset!
Ternyata saya dan para tetangga yang dikenal perokok aktif, benar-benar mati kutu dibuatnya. Kami benar-benar kesulitan  mendapatkan jawaban argumentatif "untuk apa merokok?" secara lugas dengan akurasi dan presisi yang setara dengan logika linier hukum kausalitas makan-kenyang dan minum-tidak haus seperti diatas.Â
Bagaimana dengan anda, bisa membantu menjawabnya?
Sepertinya kita (saya dan anda, sekaliber apapun tingkat kecanduan pada rokok) memang akan kesulitan untuk menjawab pertanyaan "untuk apa merokok?" seperti kita menjawab "untuk apa kita makan dan minum?" meskipun ketiga aktifitas ini sama-sama dilakukan dengan sadar dan melibatkan organ tubuh yang sama, yaitu mulut! Hal ini sama sulitnya untuk mencerna kenyataan bahwa, kita tahu merokok itu tidak baik untuk kesehatan, tapi tetap saja tidak mau melepaskannya!