Pagi ini (5/9/2019) Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sekitarnya kembali diselimuti kabut asap berikut bau menyengat khas akibat kebakaran lahan yang terjadi di berbagai daerah penyangga Kota, terutama di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Tanah Laut.
Berdasarkan pantauan langsung di beberapa lokasi, untuk di dalam kota Banjarmasin sendiri kabut asap memang relatif tidak terlalu tebal, sehingga masyarakat sepertinya tidak terlalu terganggu dengan fenomena bencana laten yang selalu terulang dipuncak musim kemarau seperti sekarang.
Terlihat, masyarakat Kota Banjarmasin tetap bisa beraktivitas seperti biasa, terlebih seiring dengan kemunculan sinar matahari yang biasanya akan diikuti oleh semakin berkurangnya intensitas ketebalan kabut asap.
Ada fakta unik di sini. Menurut Pak Jo, seorang Petugas keamanan sekolah yang sudah puluhan tahun menetap di Banjarmasin, tipisnya kabut bisa jadi karena masyarakat yang sedang beraktivitas telanjur mengisapnya. Apalagi kota penduduk Banjarmasin termasuk yang padat sedunia. Waduuuuuh!
Situasi berbeda terpantau di kawasan perbatasan Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar arah keluar kota menuju Bandara Syamsudin Noor yang intensitas ketebalannya cukup membuat pedih mata pengendara sepeda motor.
Meskipun selimut kabut asap ini "belum" separah bencana serupa pada tahun 2006 dan 2015 yang lalu, tetap saja ketebalan kabut asap yang beberapa hari terakhir mengepung berbagai daerah tidak hanya di Kota Banjarmasin dan sekitarnya saja, tapi juga hampir seluruh Pulau Kalimantan ini harus segera mendapatkan penanganan super serius dari pemerintah.
lingkungan serta ketahanan kesehatan masyarakat yang terpapar asap secara langsung, bahaya laten bencana asap akan mengganggu banyak hal, terutama sistem transportasi udara dan hubungan dengan Negara Jiran di sekitar kita. Apalagi Ibu Kota negara sebentar lagi boyongan ke Kalimantan Timur, malu!
Selain menimbulkan dampak buruk bagi kelestarianSatu lagi yang sangat mengganggu! Jangan sampai bangsa kita dianggap bodoh oleh masyarakat internasional hanya karena tidak bisa memadamkan api!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H