Menikmati keunikan pasar terapung di Kalimantan Selatan sebagai salah satu destinasi petualangan budaya terbaik di Indonesia dan dunia merupakan salah satu momen yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup!
Selain bisa menikmati warisan budaya bahari (lama/tua) peninggalan Kesultanan Banjar yang telah berusia lebih dari lima abad, di pasar terapung kita juga bisa menikmati keindahan landscape alam perairan dan hijaunya lingkungan Kalimantan yang sejak dulu memang identik dengan segarnya hutan hujan tropis sehingga Kalimantan juga dikenal sebagai paru-paru dunia.
Baca Juga : Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat
Keunikan pasar terapung di Kalimantan Selatan memang sudah tersohor ke berbagai belahan dunia, tapi sayang sejauh ini masyarakat dan wisatawan baru sebatas mengenal keunikan yang bersifat “umum” yang bisa dianalogikan sebagai casing-nya saja, seperti keunikan tempat atau lokasinya yang tidak umum alias tidak biasa, yaitu di atas sungai, serta cara dan alat untuk berjualan yang memakai Jukung.
Inilah yang akan membedakan pasar terapung “asli” di Kalimantan Selatan dengan berbagai pasar terapung buatan yang kini mulai banyak dikembangkan di berbagai daerah untuk menarik wisatawan berkunjung.
Berikut sisi unik pasar terapung asli khas Kalimantan Selatan yang harus diketahui oleh para pelancong yang ingin merasakan sensasi unik berpetualang, berinteraksi dan bertransaksi di atas jukung yang terus bergerak mengikuti arus ala urang Banjar bahari!
Ini fakta yang masih banyak tidak diketahui oleh para pelancong, khususnya yang dari luar Kalimantan Selatan. Sejauh ini di Kalimantan Selatan dikenal ada 3 (tiga) destinasi pasar terapung yang masing-masing menawarkan sensasi serta eksotisme yang sedikit berbeda-beda.
Pasar terapus tersebut yaitu pasar terapung alami tertua yang berusia ratusan tahun di muara sungai kuin di tepian Sungai Barito, pasar terapung buatan di sekitar menara Pandang atau Siring Tendean Sungai Martapura (keduanya terletak di Kota Banjarmasin) dan yang terakhir adalah Pasar Terapung Lok Baintan, di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar yang lagi naik daun.
Kedua, Bahasa Banjar
Semua pedagang di Pasar Terapung biasanya menggunakan bahasa Banjar dialek batang banyu atau Banjar hilir yang relatif tidak terlalu cepat sehingga relatif mudah untuk dipahami. Biasanya para acil ini terutama yang relatif masih muda biasa merespons bahasa Indonesia yang dipakai para pengunjung dengan baik.
Baca Juga : Budaya Banjar-Jukung Barenteng