Basambang atau Basasambang merupakan  bahasa Banjar yang arti dan maknanya kurang lebih sama dengan ngabuburit.  Ya ngabuburit aktifitas yang telah menjadi "budaya" masyarakat muslim dalam mengisi waktu menjelang berbuka puasa di bulan suci Ramadhan.
Kota Banjarmasin yang dikenal dengan julukan Kota 1000 Sungai, seperti halnya kota-kota lain di muka bumi, juga mempunyai lokasi Basasambang khas dan spesifik yang berasa banget rasa Banjar-nya.
Karena kita berada di bulan suci Ramadhan, maka tema basasambang kita kali ini adalah  basasambang religi, rekomendasi utama adalah basasambang ke 3 (tiga) masjid paling ikonik yang menjadi landmark Kota Banjarmasin, yaitu :
Masjid Bersejarah Sultan SuriansyahÂ
Masjid tertua di Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan ini dibangun oleh Sultan Suriansyah pendiri sekaligus Suktan pertama Kesultanan Banjar di abad 16. Sabagai sarana tempat ibadah sholat wajib berjamaah bagi seluruh masyarakat di kota raja.Â
Masjid yang dibangun dengan konstruksi kayu ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri) ini benar-benar akan menghadirkan suasana Banjarmasin dimasa lampau.
Kalau diperhatikan dengan seksama, model arsitektur Masjid Sultan Suriansyah mirip sekali dengan Masjid Agung Demak di Jawa Tengah. Lho kok bisa!? Hal ini terkait dengan sejarah bedirinya Kota Banjarmasin.
Berawal  dari kehadiran Khatib Dayyan, mubaligh yang juga panglima perang Kesultanan Demak utusan Sultan Trenggono yang bertugas untuk membantu Pangeran Samudra mempertahankan diri dari serangan pamannya sendiri, Pangeran Tumanggung dari Kerajaan Daha.
Berkat kelihaian diplomasi yang dibangun oleh Khatib Dayyan, akhirnya perang saudara antar paman dan keponamakan itu berakhir manis, keduanya berdamai dan akhirnya Pangeran Tumanggung mengakui kedaulatan Kerajaan Banjar yang dipimpin oleh keponakannya, Pangeran Samudra. Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada tanggal 24 September 1526 yang akhirnya diabadikan sebagai hari jadi Kota Banjarmasin.
Atas referensi dari Khatib Dayyan inilah akhirnya Sultan Suriansyah membangun masjid yang bentuk, model dan gaya arsitekturnya mirip dengan Masjid Agung Demak, tapi tetap mempertahankan ciri kearifan lokal khas Banjar dalam beberapa konstruksi dan proses membangunnya.