Diplomasi Rendang
Ketika masyarakat Sumatera Barat memilih rendang sebagai "kode peduli dan empati" mewakili kehadiran mereka di berbagai daerah terdampak bencana alam di Indonesia yang kini menjadi trademark  atau ciri khas dari Masyarakat Sumatera Barat ini tentu bukan tanpa alasan, maksud dan tujuan!
Dimulai dari sumbangan ke daerah bencana tsunami di Aceh 2004 sampai ke bencana kabupaten Lombok Utara yang diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter dan berikutnya SiPa Dongga (Kota Sigi, Palu dan Donggala) Sulawesi Tengah dilanda musibah gempa bumi 7,4 scala Richter yang diikuti terjadinya tsunami dan likuifaksi (liquefaction). Inilah inspirasi "nendang" dari diplomasi cantik dari si cita rasa juara, rendang!
Rendang di pilih karena telah dikenal oleh masyarakat Indonesia, tidak hanya sekedar nama dan asal-usulnya semata, tapi juga cita rasanya. Ini penting! Cita rasa "juara" rendang yang relatif bisa diterima oleh lidah seluruh masyarakat Indonesia tentu akan lebih mudah untuk menggugah kembali nafsu makan saudara-saudara kita di daerah terdampak bencana yang sedang "tidak karuan rasa", sehingga dengan bangkitnya nafsu makan diharapkan mereka akan kembali mengasup asupan yang cukup sehingga akan mengembalikan stamina dan semangat untuk terus membangun kembali masa depan.
Selain soal rasa, bahan isian untuk membuat rendang yang umumnya berupa produk hewani seperti daging sapi, ayam, telor, ikan tuna, udang dll sudah barang tentu mempunyai kandungan gizi yang baik  untuk dikonsumsi masyarakat di daerah yang terdampak bencana yang karena situasi dan keadaan biasanya hanya mendapatkan asupan gizi makanan yang sangat terbatas dan tidak berimbang.
Salah satu keunikan sekaligus kelebihan rendang adalah daya tahannya yang bisa sampai 1 bulan, meskipun tanpa bahan pengawet dan perlakuan khusus. Ini sangat penting! Keunikan dan kelebihan ini menjadikan rendang sangat cocok untuk pemenuhan asupan makanan bergizi di tengah-tengah masa tanggap darurat bencana, karena lebih praktis dan tidak merepotkan dan yang terpenting tetap enak, bergizi dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Tidak banyak kuliner olahan yang mempunyai daya tahan lama apalagi sampai 1 bulan tanpa perlakuan khusus.
Rata-rata rempah yang digunakan masyarakat Minangkabau untuk memasak masakan padang, mempunyai kemampuan menghambat bakteri atau antimikroba dalam mengurai makanan sehingga masakan jauh lebih awet dibanding dengan yang menggunakan rempah sedikit.
Selain karena bahan baku, lamanya proses memasak rendang yang berisi bermacam-macam rempah tersebut juga menjadikannya sebagai pengawet alami.
Jadi, sangat tepat ketika masyarakat Sumatera Barat memilih rendang yang notabene merupakan kuliner juara untuk dikirim kepada saudara-saudara di Lombok dan SiPa Dongga sebagai "kode peduli dan empati" mereka atas musibah bencana yang menimpa, setidaknya selama masa tanggap darurat.
Dengan rendang yang bisa tahan lama, setidaknya akan membantu masyarakat di daerah-daerah terdapak bencana untuk tetap bersemangat memenuhi asupan makanan bergizi tanpa harus direpotkan untuk membuat, mengolah atau sekedar menjaga agar lauk pauk tidak rusak.