Event Asian Games ke-18 yang berlangsung di Jakarta dan Palembang tinggal menghitung hari! Euforia masyarakat Indonesia menyambut gelaran pesta olahraga bangsa-bangsa Asia yang konon terbesar ke-2 setelah Olimpiade ini juga sangat luar biasa. Berbagai ekspresi kreatif dan inovatif masyarakat muncul dimana-mana.
Di Banjarmasin Kalimantan Selatan, satu-satunya daerah di Pulau Kalimantan yang disinggahi oleh Torch Relay Asian Games 2018, euforia Asian Games benar-benar terasa, bahkan  jauh-jauh hari sebelum obor yang disulut dari dua sumber api abadi, yaitu api abadi Asian Games di Stadion Nasional Dhyan Chand di New Delhi,  India tempat Asian Games pertama kali digelar di India dan api abadi dari Mrapen, Godong, Grobogan, Jawa Tengah itu benar-benar dibawa berkeliling Kota Banjarmasin.
Meskipun niat Kalimantan Selatan untuk menjadi tuan rumah PON XXI, tahun 2024 tidak kesampaian, tapi setidaknya efek berbagai kampanye ini semakin mendekatkan Asian Games kepada memori masyarakat banua. Maka tidak heran, ketika obor Asian Games benar-benar datang dan dibawa keliling Kota Banjarmasin, Â sepanjang jalan yang dilewati iring-iringan pembawa obor penuh sesak oleh masyarakat.
Sebagai anak bangsa, kita patut mengapresiasi berbagai cara dan upaya kreatif yang telah di lakukan oleh pemerintah dari pusat sampai daerah sebagai pemilik gawe alias yang punya hajat, begitu pula kerja keras dan cerdas sang event organizer alias si panatia inti, INASGOC yang dibantu puluhan ribu volunteer untuk menyukseskan hajatan Asian Games yang pada perhelatan kali ini mengambil tema Energy of Asia ini.
Kerja keras dan kerja cerdas mereka, bagaimanapun tentu tidak akan bisa benar-benar 100% sempurna, ibarat kata memang tidak ada gading yang tak retak! Lho kok...?
Ya, obrolan saya dengan seorang kakek di warung nasi pecel pagi tadi, sempat membuat saya tersedak! Si kakek sambil menyeruput kopi hitamnya yang berbau tajam, tiba-tiba menepuk pundak saya sambil bertanya, "Mas, Apa sih untungnya Indonesia jadi tuan rumah Asian Games!?"
Saya yang saat itu tengah terlena menikmati sedapnya sajian nasi pecel "ndeso" dalam wadah pincuk daun pisang yang hot, sempat tergagap juga mendapat serangan fajar yang tak terduga itu. Saya seperti baru tersadar dari tidur berbulan-bulan! Haaaah, Berbulan-bulan ?
Coba perhatikan! Dari sekian banyak isi kampanye di berbagai media yang "diperlihatkan" kepada masyarakat, tidak satupun yang memberi edukasi mengenai keuntungan Indonesia sebagai tuan rumah secara lugas, jelas dan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.  Maaf, yang banyak  tampak di berbagai media, sebagian besar adalah  sisi kehebohan dan keglamouran semata, kalaupun ada sisipan edukasi, hanya sebatas fakta-fakta teknis seperti jumlah peserta, jumlah cabang olahraga dsb.Â