Pasar Wadai, Ajang Melestarikan Budaya Banjar Melalui Kue
Pasar Wadai Ramadan atau lebih familiar di kenal masyarakat sebagai Pasar Wadai merupakan event pariwisata tahunan yang rutin digelar oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dan semua kabupaten/kota di Kalimantan Selatan, setiap tahunnya selama satu bulan penuh di saat bulan Ramadan. Tujuan utama dari event ini, selain untuk menghidupkan suasana Bulan Ramadhan, juga untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan kembali keberadaan berbabagi wadai khas Banjar di ruang publik masyarakat yang lebih representatif.
Seni instalasi payung dan tanggui di arena pasar wadai
Salah satu stan di Pasar Wadai, Banjarmasin
Pasar
Wadai merupakan sebuah
event bazar atau semacam eksibisi yang secara khusus menyajikan berbagai macam
wadai (Bhs Banja: kue) khas atau tradisional masyarakat Banjar
plus berbagai macam jenis
kuliner, khususnya yang familiar untuk menu berbuka puasa. Berbeda dengan tempat penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, di Jalan Jenderal Sudirman atau di depan Kantor Gubernur lama yang dikenal masyarakat dengan
pantai jodoh atau
Siring Martapura Sudirman di tepian Sungai Martapura
yang kebetulan saat ini sedang dalam proses perbaikan sehingga tertutup untuk kegiatan umum.
Untuk tahun ini, penyelenggaraan Pasar Wadai Ramadan Kota Banjarmasin dilaksanakan di Jalan RE Martadinata atau di depan Kantor Wali Kota Banjarmasin.
Gerbang Kantor Walikota Banjarmasin
Kawasan ini dulunya dikenal masyarakat sebagai destinasi Pelabuhan Lama. Bahkan oleh pemerintah juga sudah ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar budaya dan dikembangkan menjadi kawasan
wisata edukasi dan budaya. Untuk menunjang fungsi cagar budaya sekaligus destinasi wisata edukasi dan budaya, Pemerintah Kota Banjarmasin telah melengkapi kawasan tersebut dengan taman kota dengan konsep terpadu siring Sungai Martapura yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai aktivitas kegiatan.
Taman siring yang langsung menghadap ke sungai Martapura
Aktifitas senja masyarakat di Sungai Martapura
Selain itu, Pemko Banjarmasin juga membangun panggung terbuka di area Taman Siring, tepat di bibir Sungai Martapura yang setiap akhir pekan secara reguler biasanya digunakan untuk pentas seni oleh berbagai komunitas seni di Kota Banjarmasin. Kebetulan saat saya berkunjung untuk berburu wadai di Pasar Wadai, terlihat komunitas kesenian Dayak sedang beraksi di atas panggung terbuka tersebut.
Atraksi Kelompok Kesenian Dayak di Pasar Wadai
Berburu Aneka Wadai Khas Banjar di Pasar Wadai RamadanSebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus etalase utama Propinsi Kalimantan Selatan, penyelenggaraan Pasar
Wadai di Kota Banjarmasin memang relatif lebih menarik dibanding dengan
event Pasar
Wadai yang diselenggarakan oleh daerah lain di Kalimantan Selatan. Selain
item wadai dan kuliner yang dijajakan lebih lengkap, penentuan lokasi
event Pasar
Wadai yang selalu ditempatkan di tepian Sungai Martapura juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung lokal dan wisatawan asing/luar daerah yang datang untuk menikmati keunikannya. Jadi, di sini pengunjung dan wisatawan yang datang bisa menikmati dua destinasi sekaligus, yaitu berbagai
wadai dan kuliner khas Banjar
plus keunikan aktivitas budaya sungai masyarakat Banjar yang telah berusia berabad-abad lamanya dan tentunya
view cantik Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin.
Papan penunjuk arah wadai
Masyarakat Banjar mempunyai 41 jenis
wadai tradisional yang dikenal dengan pakem atau sebutan
wadai 41 sebagai warisan leluhur secara turun temurun yang dulunya 'wajib' disajikan dalam beberapa upacara adat, khususnya bagi keluarga bangsawan dan hartawan Banjar. Sebagian besar, jenis
wadai tradisional Banjar mempunyai cita rasa manis yang begitu legit di lidah, sehingga sangat cocok untuk menu berbuka puasa, seperti bingka kentang, bingka barandam,
wadai cincin, gagatas, kakalapun, putu mayang, amparan tatak, tapai, lam, lapis, pais pisang, wajik, agar-agar, untuk-untuk, lempeng pisang dsb. Selain jenis kue, masyarakat Banjar juga mengenal beberapa jenis bubur atau semacam bubur dengan cita rasa manis yang sangat cocok untuk berbuka puasa, seperti hintalu karuang, bubur
baayak, kokoleh, dsb.
Stand lempeng pisang dan kokoleh
Bingka kentang yang legit
Meskipun didominasi oleh kue dengan cita rasa manis legit, tapi bukan berarti masyarakat Banjar tidak mempunyai kue-kue/olahan nikmat yang bercitarasa lain seperti gurih dan gurih manis. Sebut saja kue ipau yang sebagian masyarakat menyebutnya dengan pizza Banjar, petah, babungku, lamang, dsb. Soal rasa jangan ditanya lagi..... Mak nyuuuuus!
Pedagang lamang di Pasar Wadai
Hmmmm siapa yang nggak ngikler memandangnya...?
Berbagai jenis wadai tersebut diatas tidak semuanya bisa didapatkan secara reguler setiap harinya, selain karena tidak ada pembuat secara reguler, ada juga jenis kue yang dibuat hanya untuk prosesi upacara adat sehingga tidak boleh diproduksi untuk kepentingan komersil, bahkan ada juga jenis kue yang dalam pembuatannya terdapat pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar dan bila dilanggar akan menyebabkan kue yang diproduksi bisa gagal proses, sehingga menyebabkan pembuatnya sedikit malas untuk membuatnya secara reguler.
Bingka Barandam...legit manisnya bikin ketagihan!
Tapi semua 'aturan' tersebut di atas sepertinya tidak berlaku untuk
event Pasar Wadai. Inilah hebatnya Pasar Wadai! Karena dalam
event ini semua jenis wadai dengan berbagai latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing-masing wadai tidak menghambat mereka untuk tetap unjuk gigi alias dipajang di etalase para pedagang
wadai! Mereka seperti ingin kembali untuk berebut eksistensi di ruang publik masyarakat Banjar.
Berburu aneka
wadai khas Banjar di arena Pasar
Wadai Ramadan memberikan pengalaman sekaligus tantangan tersendiri, apalagi di saat sedang menjalankan ibadah puasa seperti sekarang ini. Banyaknya stan pedagang dan ragam jenis
wadai yang dijajakan malah sering membuat bingung pengunjung, terutama bagi pengunjung yang belum mempunyai referensi tentang
wadai banjar termasuk pedagangnya, apalagi sebagian besar
wadai-wadai yang dijual tidak dilengkapi dengan informasi identitasnya, misal nama
wadai dan cita rasa dasarnya manis, gurih atau asin. Menurut saya identitas ini penting, mengingat ada beberapa wadai yang bentuknya hampir mirip, ternyata nama dan cita rasanya berbeda. Mungkin memang di sini keseruannya ya.....
Pedagang putri salat, amparan tatak dan kalalapun
Stan lamang Kandangan dan Hintalu Jaruk
Selain menjual berbagai macam
wadai tradisional dan berbagai kuliner ringan untuk berbuka puasa, pedagang di pasar wadai yang tahun ini mencapai 154 stan juga banyak yang menyajikan kuliner 'berat' berupa masakan khas Banjar untuk menuntaskan buka puasa, seperti menu itik gambut, masak habang,
haruan baubar, katupat kandangan, dsb.
Menu Ayam dan Haruan Baubar dengan bumbu khas Banjar
Selain itu, ada juga olahan kuliner yang identik dengan timur tengah, seperti roti maryam, nasi samin dan kebuli termasuk aneka olahan dari daging kambing atau domba, seperti kambing guling, gulai kambing, kambing masak habang, kambing panggang, karih kambing, sop kambing, sate kambing dan banyak lagi yang lainnya. Para pedagang olahan kambing ini rata-rata adalah masyarakat keturunan Arab yang tinggal di daerah Kampung Arab, Banjarmasin.
Menghabiskan waktu menuju berbuka puasa dengan cara berburu
wadai di Pasar
Wadai Ramadan, sepertinya memang sangat efektif. Di sini waktu begitu cepat berlalu.
Mau coba keseruannya? Atau mau coba legitnya wadai-wadai khas Banjar? Yuk main ke Banjarmasin!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya
Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!
4 bulan yang lalu