Pasar Kindai Limpuar adalah sebuah pasar rakyat atau pasar tradisonal yang lokasinya sangat strategis. Berada tepat di pinggir jalan poros trans Kalimantan, tepatnya di Jalan Ahmad Yani Km. 14 Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar. Lokasi ini merupakan lokasi premium di Kalimantan Selatan, sebagai jalur utama transportasi dari Kota Banjarmasin ke Bandar Udara Syamsuddin Noor di Banjarbaru dan Kota Banjarmasin ke komplek Kantor Gubernur di Banjarbaru plus jalur darat satu-satunya yang reperesentatif untuk jalur koneksi antar propinsi di Kalimantan (Kaltara-Kaltim menuju Kalteng-Kalbar atau sebaliknya) tidak heran jika kawasan ini disebut-sebut sebagai etalase-nya Kalimantan Selatan. Bagi anda yang sempat atau pernah berkunjung ke Banjarmasin via Bandara Syamsuddin Noor tentu akan melewati pasar ini. Jika perjalanan dari Bandara menuju Banjarmasin, maka posisi Pasar Kindai Limpuar terletak di sebelah kiri jalan dengan rentang jarak dari Bandara Syamsuddin Noor sekitar 8 km.
[caption caption="Pedagang ikan kering ( Foto : Koleksi Pribadi)"]
Pasar Kindai Limpuar, pada sisi bagian depan terdiri dari dua lantai bangunan semen permanen berbentuk kios, sebagian besar diisi oleh pedagang "keringan" seperti baju, elektronik, grossir makanan ringan, stasionary dan toko kelontong. Selebihnya di bagian belakang berupa kios dan lapak yang didominasi oleh pedagang hasil pertanian dan perikanan air tawar khas Kalimantan Selatan. Situasi di dalam pasar yang konon sudah puluhan tahun berdiri itu tidak jauh berbeda dengan pasar-pasar tradisonal lainnya. Selalu penuh di pagi hari dan mulai sepi menjelang siang. Rata-rata pedagang di pasar ini hanya buka pada pagi sampai tengah hari saja, hanya beberapa saja yang berjualan sampai sore hari.
[caption caption="Kios pebjahit pakaian (Foto : Koleksi Pribadi)"]
[caption caption="Pedagang Sayuran di Los Pasar Kindai Limpuar (Foto : Koleksi Pribadi)"]
Dari pantauan saya beberapa hari yang lalu, saat bernostalgia di pasar rakyat pertama di Kalimantan Selatan yang pernah saya masuki sekitar 15 tahun yang lalu itu, tampak tidak ada perubahan yang signifikan di dalamnya. Mungkin hanya jumlah pedagang yang terlihat semakin banyak dan luas pasar yang semakin melebar ke arah belakang yang terlihat berubah. Selebihnya masih seperti yang dulu, layaknya pasar tradisional lainnya terlihat semrawut, kumuh dan di beberapa bagian terlihat becek plus tercium bau yang tidak sedap. Inilah romantika sebagian besar pasar tradisonal kita yang sering memunculkan dilema tapi disisi lain tetap saja memunculkan sisi romantisme yang sulit untuk diterjemahkan dengan kata-kata. Atau mungkin, kata "ngangeni" bisa dipilih untuk mewakili?
[caption caption="Pedagang ikan air tawar (Foto : Koleksi Pribadi)"]
Menurut Informasi dari beberapa pedagang, sebenarnya sejak 4-5 tahun yang lalu pasar Kindai Limpuar direlokasi berikut para pedagangnya ke lokasi baru di bekas lahan UPT Penyuluhan Pertanian Kabupaten Banjar yang terletak di seberang jalan arah Banjarbaru yang jaraknya sekitar 300 meter dari lokasi sekarang. Tapi para pedagang menolak untuk direlokasi dengan alasan tempatnya kurang strategis meskipun sama-sama di pinggir jalan raya Ahmad Yani. Selain itu, karena daya tampung di lokasi baru masih belum siap untuk menampung semua pedagang yang sudah terdaftar dan satu lagi alasan relokasi pasar menurut mereka masih belum jelas. Ada yang mengatakan untuk revitalisasi jalur hujau, ada juga yang mengatakan untuk terminal regional bahkan ada juga selentingan yang mengatakan bahwa lahan pasar Kindai Limpuar diminati oleh investor besar untuk dijadikan pasar modern lengkap dengan fasilitas masyarakat urban lainnya. Entah mana yang benar, kita tunggu saja fragmentasi-nya!?
Dari berita yang dirilis beberapa media masa lokal, memang dikabarkan tahun 2016 ini semua pedagang akan direlokasi ke lokasi yang baru, seiring telah rampungnya semua fasilitas pasar Kindai Limpuar baru untuk menampung semua pedagang Kindai Limpuar lama.Â
[caption caption="Bongkar muat di depan pasar (Foto : Koleksi Pribadi)"]
Vermaak Total Wajah Pasar Kindai Limpuar