Ada apa ya, kok saya dipelototin terus? Akhirnya semua pertanyaan itu terjawab ketika beliau mengeluarkan secarik kertas dari dalam bajunya dan menunjukkankannya kepada saya. Betapa terkejutnya saya, ternyata secarik kertas itu merupakan lembar identitas peserta ujian EBTA/EBTANAS dan disitu jelas terbaca nama saya Kartika Eka Hendarwanto, tapi anehnya foto yang tertempel disitu bukan foto diri saya, tapi foto seorang perempuan berkerudung dan dalam keterangan Jenis kelamin bertuliskan huruf P yang berarti perempuan. Waduuuuuh ! Kok bisa sih?
Kejadian berikutnya terjadi ketika saya duduk di bangku kuliah tepatnya semester 4. Ketika melakukan tugas PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Denpasar Bali, lagi-lagi selama 1 Minggu hampir saja saya tidak dapat kamar untuk tidur dan menaruh semua barang-barang bawan saya.
Gara-garanya, nama saya masuk dalam daftar kamar untuk kelompok para mahasiswi alias para perempuan. Terang saja kejadian ini membuat saya jadi kalang kabut. Masuk kamar sesuai daftar, pasti saya diusir sama kelompok saya yang semuanya cewek. Sedang mencari tumpangan ke teman-teman cowok pasti nggak dapat jatah bed!Â
Untungnya setelah terkatung-katung beberapa jam, akhirnya pihak panitia dari tim Fakultas memesan (sambil setengah memaksa) extra bed kepada pihak hotel Natour untuk saya dan dikumpulkan dengan teman-teman cowok…jadi deh berjubel ria…..
Untuk kejadian (hampir) tidak dapat kamar seperti diatas, merupakan kejadian yang paling sering saya alami, terutama ketika ada tugas belajar atau seminar dari kantor ke luar kota. Sedangkan kejadian yang paling mengesankan bagi saya adalah kejadian atau tepatnya tragedi di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, beberapa waktu yang lalu!
Waktu itu saya mau pulang dari Jakarta menuju Banjarmasin dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Masalah muncul ketika boarding. Oleh petugas saya diminta menunjukkan KTP yang masih berlaku, sialnya KTP saya seperti raib ditelan bumi. Untungnya ada SIM yang menyelip di dompet.Â
Ternyata, masalah muncul karena gelar didepan nama saya Ms atau singkatan dari Miss yang artinya adalah perempuan lajang. Atau tulisan lengkap yang tercetak dalam lembar tiket adalah Ms. Hendarwanto, Kartika Eka. Kebetulan saat itu sedang ramai-ramainya masalah terorisme di Indonesia, sehingga pengamanan di berbagai obyek vital termasuk di Bandara sedang ketat-ketatnya. Urusan yang saya yakin berkaitan erat dengan nama unik saya ini begitu rumitnya! Bahkan gara-gara masalah ini, saya hampir ketinggalan pesawat dan terancam keleleran di Bandara Soetta! Karena pesawat yang saya tumpangi merupakan penerbangan Garuda Indonesia terakhir tujuan Banjarmasin.
Benar dugaan saya, tragedi Cengkareng memang berhubungan erat dengan jenis kelamin nama saya! Begini kronologinya, Tiket PP saya BDJ-CKG dan CGK-BDJ ternyata tidak dibeli di travel langganan kantor. Celakanya, yang membelikan tiket tidak memberikan informasi data pribadi saya secara lengkap (mungkin karena sebelumnya terbiasa begitu di travel langganan) dan parahnya lagi, pihak travel tidak berusaha untuk melakukan cross check mengenai jenis kelamin saya, tapi justeru menjustifikasi bahwa saya adalah seorang perempuan, berdasarkan intrepretasi petugas travel terhadap jenis kelamin nama saya.
Memang, selama ini sebagian besar orang yang membaca nama lengkap saya Kartika Eka Hendarwanto tanpa melihat foto atau data diri saya secara utuh, 99% akan berpikir bahwa saya perempuan. Rata-rata logika intrepretasinya begini, Kartika Eka itu nama saya sedang Hendarwanto adalah nama marga, keluarga atau orangtua saya. Prosentase kesalahan intrepretasi terhadap nama saya akan menjadi absolut atau 100% ketika saya tulis nama saya menjadi Kartika Eka H. hadeeeeeeww
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H