Aku melihat anak kecil mendekap adiknya disebuah emper toko. Tak tahu bagaimana bisa terjadi, aku bisa mendengar jeritan hati sang kakak : kudekap dirimu dalam sayangku... kurengkuh engkau dalam tangismu... kupangku dikau dalam tawamu.. kamu hanya punya Tuhan dan aku.. kamu hanya mengenal Tuhan dan aku... kamu hanya punya asa dan tiada ragu... kamu berharap pada Tuhan dan kamu meminta kepadaku... jangan pernah tinggalkan dirimu... ku menangis tersedu.. kala dikau minta susu, hanya punya duit seribu... kala dikau sakit, puskesmas tak ramah padamu... kala dikau minta mainan, hanya mainan rusak yg kutemukan dan kuberikan padamu... disaat orang hamburkan uang hanya demi sensasi.. disaat orang makan sekenyang2nya nasi dan ayam teriyaki... disaat ibu2 memborong lusinan sepatu dan minyak wangi... dirimu hanya ingin mencoba sekali... dirimu hanya ingin sesuap telor dan nasi.. dirimu hanya minta sendal jepit untuk dibeli.... aku berjanji pada kamu adikku.. aku akan menemani kamu.. keluar dari kemiskinan... Ku menuliskan sebuah catatan di hati sanubariku: *aku menangis melihat seorang kakak memeluk adiknya yg tidur pulas diemper toko, bukan karena mereka ingin, tapi karena mereka miskin* *kalau kemiskinan itu berwujud manusia, tentu akan kubunuh dan kukubur sedalam-dalamnya* *kalau kemiskinan itu berwujud piagam, akan ku robek-robek sampai tiada bentuk* buat kalian : *kemana kalian yg punya sedikit harta lebih? mereka ga butuh uang sebanyak kalian, tapi mereka hanya mau pekerjaan!!! yg lebih layak tentunya....* *anak kalian sibuk berebut warna mainan, mereka cuma ingin pinjam sebentar* *dimana zakat kalian, dimana shodaqoh kalian, dimana infak kalian???* *kenapa masih banyak orang miskin disekitar kalian*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H