Mohon tunggu...
Kadita Putri
Kadita Putri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Menulis adalah caraku untuk memerdekakan pikiran" ( Kadita Putri ) Selain di kompasiana, kunjungi blog khusus resensi buku di : www.kaditaputri.blogspot.com Follow akun IG untuk terhubung : @kaditaputri_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Ken Arok Sang Brahmaputra (Sebuah Review Novel)

20 November 2020   19:51 Diperbarui: 20 November 2020   20:37 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar Ken Arok pasti langsung ingat pada "Singhasari", "Keris Mpu Gandring", atau "Kisah Asmara dengan Ken Dhedhes". Bahkan saya sendiri membayangkan Ken Arok sebagai sosok yang bengis, kejam dan penuh dengan amarah, tat kala baca kisah nya ketika di pelajaran sejarah. 

Yaaa.... pada pelajaran-pelajaran sejarah kita sudah di ceritakan kisah Ken Arok yang melegenda. Jujur, saya penasaran dengan kisah Ken Arok tersebut, sejak SD saya ingin tahu cerita yang jelas nya bagaimana. Konon, dari cerita pada buku sejarah yang saya pelajari waktu sekolah, Ken Arok itu membunuh Tunggul Ametung karena ingin menikahi Ken Dhedhes yang sangat cantik dan ingin merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung. 

Nah, akhirnya rasa penasaran saya  terobati dengan adanya kisah Ken Arok yang disajikan menjadi sebuah Novel karangan dari Damar Shashangka, yang dimana penulis buku ini memang notabene nya adalah seorang penulis buku bernapaskan sejarah. 

Ternyata, Ken Arok adalah putra berdarah Ksatriya dari Jenggala yang terlahirkan pada wanita Sudra yang bernama Ni Endog. Hidup Ken Arok diwarnai pada lembah hitam, dirinya gemar berjudi. Dari kegemaran nya itulah menyeret Ken Arok pada sebuah karma. Dirinya bertemu dengan seorang Ksatria yang pada akhirnya mendidik Ken Arok sedemikian rupa hingga menjadi Ksatria yang sesungguhnya. Disisi lain, Jenggala sedang begejolak dengan Daha, yang pada akhirnya Jenggala kalah perang dengan Daha. Hal ini menyebabkan Prabu Kamesywara sang Raja Jenggala tewas di tangan Tunggul Ametung seorang Ksatria dari Daha. Atas jasa nya menewaskan Prabu Kamesywara, dirinya dinobatkan sebagai Akuwu Tumapel oleh Daha. 

SINOPSIS :

Pada akhir abad ke-12, saat kecamuk antara Janggala dan Panjalu memuncak, lahir seorang anak dari wanita sudra cantik di Pangkur, Tumapel. Anak itu bernama Angrok,, leluhur kerajaan Singhasari dan Majapahit. Sejak dalam kandungan, kehadiran nya telah memakan korban. Gajahpara sang ayah tiri mati terbunuh. Semakin diyakinilah bahwa Angrok adalah Lembu Peteng. Sosok berdarah ksatria beribu sudra, tanpa diketahui khalayak siapa rama kstarianya. 

Ketika lahir, Anggrok memiliki toh di perut, ciri yang juga sama dimiliki sang mendiang ayah tiri. Tak ingin ditumpas oleh sang rama, Ni Endhog sang biyang, membuang Angrok di pekuburan anak Kabalon. Jabang bayi itu kemudian ditemukan oleh Ki Lembong, seorang pencuri yang kebetulan sedang beraksi di kebuyutan yang menjadi pusat kerajinan emas tersebut. Di tanan pencuri kemudian beralih profesi menjadi petani inilah Angrok dirawat, dibesarkan, dilatih kanuragan, dan sekaligus dirahasiakan jati dirinya. 

Menginjak dewasa, Angrok berkelana tak menentu. Dia bertamu dan berguru tanpa sengaja kepada sejumlah tokoh dan seorang resi, dalam pengelanaan itulah keterampilan ksatrianya terasah, jiwa kepemimpinan nya ditempa, dan tujuan hidupnya ber-arah. 

Kekurangan: 

Apa ya kekurangan buku ini? Seperti nya nyaris tidak ada hehe... bukan bermaksud memuji si penulis tapi memang si penulis menyajikan nya dengan oke banget.  Mungkin di bahasa kali yah, banyak banget bahasa purba yang syusaahh di hafal hehe... tapi justru dari bahasa purba itu saya jadi tahu banyak istilah-istilah kuno, bahkan saya sering terinspirasi dari kata purba tersebut. Hmmm..... mungkin kekurangan nya adalah, menurut saya pasti ada sebagian orang yang membaca novel Ken Angrok ini akan bertanya-tanya “penulis nya dapat sumber dari mana?”, nah seperti nya ada pemikiran seperti itu dari para pembaca :D

Kelebihan : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun