Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kenapa Rusman yang Ditunjuk SBY sebagai Wamentan?

16 Oktober 2011   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:54 1875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perombakan kabinet (reshuffle) yang dilakukan Presdien SBY tak dinyana telah memberi kejutan indah bagi kami, para insan Badan Pusat Statistik (BPS). Betapa tidak, Kepala BPS Rusman Heriawan, yang tahun ini bakal pensiun sebagai kepala BPS,akhirnya ditunjuk oleh SBY sebagai Wakil Menteri Pertanian (Wamenten). Penunjukkan yang tak disangka-sangka, dan pastinya membuat kami gembira sekaligus bangga.

Mengenal Rusman Heriawan

Sosok Rusman mungkin tidak begitu dikenal oleh publik negeri ini, kecuali bagi mereka yang rajin mengamati berita mengenai perkembangan ekonomi Indonesia melalui berbagai media. Bagi mereka, nama Rusman Heriawan tentu tidak asing lagi, karena angka-angka penting, seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, ekspor-impor, kemiskinan dan pengangguran yang menjadi headline di berbagai media setelah dirilis oleh BPS, keluar dari lisannnya. Karenanya, pemberitaan mengenai angka-angka tersebut pasti selalu memuat kalimat, Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan....., atau kalimat-kalimat lain yang maknanya serupa.

Karier Rusman di BPS dimulai ketika dia menamatkan pendidikan diploma bidang statistik di Akademi Ilmu Statistik (AIS)−sekarang Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta, tahun 1974. Sebuah perguruan tinggi kedinasan tempat para calon statistisi BPS ditempa sebelum membaktikan diri, bekerja di lingkungan BPS. AIS/STIS juga merupakan perguruan tinggi di mana mantan Menteri Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat dan mantan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Haryono Soeyono, meraih gelar bachelor of statistics (Bst). Mantan menteri yang satu ini begitu fenomenal pada masanya lewat Program Keluarga Berencana yang digagasnya di era Presiden Soeharto, yang berhasil menyelamatkan Indonesia dari ledakan pertumbuhan penduduk. Atas prestasinya itu, beliau dinobatkan sebagi salah satu tokoh kependudukan dunia.

Selepas menamatkan pendidikan dari AIS, Rusman muda langsung membaktikan dirinya, bekerja di BPS. Selama 30 tahun lebih membaktikan diri sebagai birokrat di lingkungan BPS, karienya boleh dibilang sangat mengesankan. Berbagai jabatan penting pernah diembannya, mulai dari kepala seksi (eselon IV), kapala bagian (eselon III), direktur (esolon II), deputi (eselon I), hingga Kepala BPS pada tahun 2006. Perjalanan kirier yang mengesankan itu menjadikan Rusman sangat berpengalaman dan kenyang akan asam-garam dunia perstatistikan nasional, khususnya official statistics.

Kredibilitas Rusman juga diakui di jagat perstatistikan dunia. Dalam sidang Economic and Social Commision for Asia and the Pasific (ESCAP) di Thailand, 2009 lalu, yang salah satu agendanya adalah menetapkan suatu Biro untuk membantu Komite Statistik Asia-Pasifik. Rusman berhasil terpilih sebagai ketua komite sekaligus sebagai Ketua Biro Statistik ESCAP. Dia dipilih oleh 62 kepala kantor statistik negara-negara Asia dan Pasifik, termasuk Rusia, Australia, dan Turki, untuk mamimpin sebuah kepengurusan yang beranggotakan negera-negara besar, seperti China, Australia, dan India.

Terpilihnya Rusman sebagai Ketua Komite Statistik Asia-Pasifik merupakan bukti pengakuan dunia internasional terhadap kredibilatas BPS-Statistic Indonesia yang dikomandoinya. Di bawah kepemimpinan Rusman, BPS telah menjadi rujukan di Kawasan Asia-Pasifik. Tidak mengherankan, delegasi dari berbagai negera di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika pun silih berganti datang berguru ke BPS setiap tahunnya untuk belajar berbagai hal mengenai penyelenggaran kegiatan official statistics. Bahkan tahun ini, BPS mendapat kehormatan untuk memimpin organisasi statistik negara-negara Islam (IOC) dengan Rusman Heriawan sebagai ketua.

Bagi Insan BPS, Rusman adalah pemimpin yang sangat istimewa jika dibanding dengan para pendahulunya. Dan sepertinya beliau akan selalu dikenang dalam sejarah BPS melalui sejumlah terobosannya yang boleh dibilang sangat “fantastis”. Di bawah kepemimpinannya, BPS semakin berkibar dan eksistensinya kian diakui. Hal ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya kepercayaan para pengguna data terhadap BPS. Selain itu, kualitas data yang dihasilkan oleh BPS juga kian baik.

Di bawah kepemimpinan Rusman, BPS telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung tugas BPS dalam menyediakan statistik (berkualitas) untuk semua adalah salah satu terobosannya yang fantastis. Selain revitalisasi kantor BPS Pusat di Dr. Sutomo, puluhan kantor BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota di bangun di masa kepemimpinannya, dengan desain yang sama, yang manampilkan ciri dan identitas BPS. Para koordinator statistik kecamatan (KSK/mantri statistik) yang merupakan ujung tombak BPS dalam pengumpulan data “didandaninya”.Mereka dilengkapi dengan berbagai perlengkapan tugas, mulai dari kendaraan roda dua untuk menembus medan kerja yang sulit di berbagai pelosok nusantara, hingga laptot canggih nan tangguh dengan spesifikasi ala pasukan elit Amerika.

Di bawah kepemimpianannya pula, BPS terus berbenah diri melalui reformasi birokrasi yang digagasnya. Semangat reformasi ini terimplementasi melalui proyek Statistical Capacity of Building for Change and Development of Statistics (STATCAP-CERDAS). STATCAP-CERDAS merupakan program lima tahun (2010-2014) yang tujuan akhirnya adalah mewujudkan kualitas data BPS yang lebih baik dan akses yang lebih baik pula oleh publik terhadap berbagai produk (data) yang dihasilkan BPS.

Kedekatan dengan SBY

Terpilihnya Rusman sabagai Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) menggantikan Bayu Krisnamurthi mungkin akan mengundang tanda tanya publik. Kenapa harus Rusman? Bukankah dia seorang statistikawan pemerintah, yang selama ini hanya malang melintang di dunia perstatistikan, bukan seorang praktisi di bidang pertanian. Apalagi, salah satu tugas yang diembannya tidaklah ringan, yakni mewujudkan surplus 10 juta ton beras pada tahun 2014 nanti. Setidaknya, dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap berbagai persoalan dan tantangan perberasan yang tengah dihapi Indonesia saat ini untuk mengemban amanah tersebut. Dan dalam hal ini, di mata publik, Rusman mungkin sedikit diragukan, karena background-nya yang seorang statistisi, bukan praktisi di bidang pertanian.

Terkait pembangunan pertanian, peran BPS tidaklah kecil. Selama ini, BPS secara konsisten menyediakan segala rupa data pertanian melalui berbagai sensus dan survei yang amat penting sebagai pijakan kokoh dalam perumusan kebijakan di bidang pertanian. Data-data ini merekam dan memotret berbagai persoalan dan tantangan di sektor pertanian. Dalam kebijakan perberasan misalnya, data-data BPS seperti luas panen, produksi per haktar, jumlah penduduk, dan data konsumsi beras per kapita merupakan instrumen yang sangat penting. Data-data ini sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian program surplus 10 juta ton beras di 2014. Karenanya, meskipun bukanlah seoarang praktisi di bidang pertanian, Rusman tentu amat paham menganai berbagai persoalan dan tantangan di sektor pertanian dewasa ini melalui angka-angka statistik yang dipotret oleh instansi yang dipimpimnya. Selain itu, berbagai kegiatan besar BPS terkait pembangunan sektor pertanian, khususnya pencapaian surplus 10 juta ton beras, seperti Sensus Konsumsi Beras di tahun 2012 dan Sensus Pertanian di tahun 2013 nanti, masih membutuhkan “sentuhan” seorang Rusman.

Mungkin sedikit yang tahu, kalau Rusman adalah jebolan doktor ekonomi pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Terkait hal ini, ada fakta yang sangat menarik, yakni ternyata SBY yang juga doktor ekonomi pertanian seangkatan dengan Rusman saat menempuh pendidikan di Baranangsiang. Bahkan, di lingkungan BPS, sudah lama tersiar kabar bahwa keberhasilan SBY dalam merengkuh gelar doktor yang begitu dibanggakannya itu dengan nilai excellentIPK 3,84pada 2004 lalu tidak terlepas dari bantuan Rusman, terutama saat SBY merampungkan penyusunan disertasinya yang bertajuk “Pembangunan Pertanian dan Perdesaan sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis Ekonomi-Politik Kebijakan Fiskal”. Singkat kata, memang sejak lama telah ada kedekatan istimewa antara SBY dan Rusman. Dan sepertinya, kedekatan istimewa ini sedikit banyak telah memberikan andil bagi penunjukkan Rusman sebagai kepala BPS pada 2006 silam, dan mungkin juga penunjukkan beliau sebagai Wamentan saat ini.

Terlepas adanya kedekatan istimewa tersebut, jatuhnya pilihan SBY kepada Rusman untuk mengemban amanah sebagai Wamentan tentu didasarkan pada sejumlah pertimbangan objektif sehingga mengarah pada kesimpulan bahwa kepala badan yang diamanahi tugas untuk merekam jejak sejarah pembangunan bangsa lewat data itu memang pantas dan layak untuk memangku jabatan barunya. Latar belakang pendidikannya di bidang ekonomi pertanian, dan pengalamannya sebagai statistisikhususnya statistik pertanian, serta keberhasilannya dalam memimpin BPS selama sekian tahun, saya kira merupakan alasan kuat Rusman ditunjuk sebagai Wamentan. Dan saya kira, biarlah waktu yang menjawab, apakah Rusman bakal berhasil dalam menjalankan amanah yang diembannya itu? Surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 nanti adalah jawabannya.

*****

Sumber Tulisan: KOMPAS.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun