Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ironi Si Miskin dan Rokok

13 September 2011   09:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun terus mengalami penurunan secara konsisten selama lima tahun terkahir, jumlah penduduk miskin di Indonesia boleh dibilang masih cukup tinggi. Data terakhir menunjukkan, pada Maret 2011, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 30,02 juta jiwa. Angka sebesar ini tentu masih sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari jumlah penduduk Malaysiayang hanya mencapai 28 juta jiwa. Itupun dengan catatan, mereka yang dikatakan miskin adalah yang berpengeluaran kurang dari Rp 233.740/kapita/bulan atau sekitar Rp 7.800/kapita/hari.

Salah satu ciri utama penduduk miskin adalah tingginya pendapatan yang dialokasikan untuk kebutuhan makananan. Kebutuhan makanan menyedot sebagain besar pendapatan mereka, sehingga sangat sedikit porsi pendapatan yang bisa dialokasikan untuk pendidikan dan kesehatan, apalagi saving atau menabung.

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakn Badan Pusat Statistik (BPS) di bulan Maret adalah satu-satunya survei yang mampu menangkap pola pengeluaran penduduk Indonesia, termasuk kelompok penduduk miskin. Dan sejak dua tahun terakhir, data SUSENAS telah menangkap fakta menarik terkait pola pengeluaran penduduk miskin, yakni tingginya konsumsi rokok ─filter dan kretek─di kalangan penduduk miskin. Beras dan rokok ternyata merupakan dua komoditi yang paling dominan kontribusinya terhadap pembentukan garis kemiskinan (GK)/konsumsi penduduk miskin.

[ ]

Sebagian besar pengeluaran/pendapatan penduduk miskin ternyata selain dihabiskan untuk membeli beras juga dihabiskan untuk membeli rokok. Dari Peraga di atas, pada tahun 2011, terlihat jelas bahwa sebagian besar pendapatan penduduk miskin digunakan untuk membeli beras (25,44 persen di perkotaan dan 32,81 persen di perdesaan) dan rokok (7,7 persen di perkotaan dan 6,23 di perdesaan).

Ini tentu merupakan statistik yang miris. Semua orang tahu dan semua dokter di muka bumi ini telah sepakat bahwa rokok sama sekali tidak ada manfaatnya. Malah sebaliknya, berdampak buruk bagi kesehatan. Selain itu, kebiasaan merokok adalah pemborosan. Sesuatu yang tidak pantas dilakukan oleh orang kaya apalagi orang miskin. Negeri ini memang aneh.

Data-data dari BPS

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun