Ternyata, bisnis bukan hanya melulu soal ambisi meraup untung (profit) sebanyak mungkin. Bukan dunia yang kering akan norma dan menghalalkan segala cara. Ada banyak dimensi humanis di ranah yang begitu kompetitif itu, ranah di mana siapa yang tak mampu berkompetisi secara sehat bakal tergilas.
Ternyata, para pebisnis sukses di negeri ini adalah para pekerja keras lagi petarung tanggguh. Bahwa sukses yang mereka rengkuh dalam berbisnis bukan hasil dari kerja semalam, tetapi hasil kerja keras tak kenal lelah lagi jatuh bangun. Bahkan, tidak jarang merupakan buah dari konsistensi dan kesabaran menjalani sekian banyak ulangan kegagalan.
Ternyata, para pebisnis sukses di negeri ini—dengan kekayaannya yang begitu melimpah itu—tidak sedikit adalah pribadi-pribadi yang begitu bersahaja, rendah hati, setiakawan, memegang teguh kejujuran dan kepercayaan, serta memiliki semangat berbagi dan kepedulian sosial yang tinggi. Dan ternyata, langgam pribadi seperti itulah yang justru akhirnya mengantarkan mereka merengkuh kesuksesan dan kejayaan dalam berbisnis.
Ternyata, bisnis bukan hanya ladang untuk memburu kekayaan dan meraup uang. Lebih dari itu, bisnis adalah seni untuk mengasah kreatifitas, bisnis adalah ladang untuk beribadah, bekerja, dan berkarya guna memberikan kemanfaatan yang luas tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga orang lain, masyarakat secara luas bahkan bangsa dan negara.
Sederhana saja, karena para pebisnis sukses ekonomi negeri ini tumbuh, lapangan kerja tercipta, dan penerimaan pemerintah dari sektor pajak untuk mendanai program-program pembangunan meningkat.
Kesimpulan tentang dunia bisnis dan para pebisnis sukses di negeri ini seperti yang diuraikan di atas bakal dengan mudah kita dapati tatkala membaca kolom-kolom yang ditulis oleh wartawan senior kompas, Abun Sanda (Abun). Tulisannya dimuat setiap Senin di rubrik ekonomi harian Kompas.
Jujur, sebagai pembaca setia setiap tulisannya, harus kuakui bahwa goresan pena pak Abun memang begitu memikat. Bahasanya lugas dan sangat sederhana, tak perlu mengerutkan dahi kala membacanya. Namun, di balik kesederhanaan itu selalu ada inspirasi, kebijakan, dan rekomendasi berharga bagi mereka yang hendak atau sedang berbisnis dan berinvestasi.
Sayang, kita tak akan melihat lagi tulisan-tulisan memikat lelaki asal Makassar itu di hari-hari ke depan. Selamat jalan pak Abun. Semoga mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H