Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Hari Ibu: Kualitas Hidup Rendah dan Banyak Ibu Meninggal Saat Melahirkan

22 Desember 2013   07:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1387673408516687795

Tak bisa disangkal, peran para ibu sangat penting bagi negeri ini. Mereka adalah penentu kualitas generasi penerus dan masa depan bangsa. Sayangnya, di Hari Ibu ke-85 ini, yang mengusung tema, “Peran Perempuan dan Laki-laki Dalam Mewujudkan Demokrasi yang Partisipasif dan Pembangunan yang Inklusif”, kaum ibu masih dihadapkan pada sejumlah perseoalan yang mesti diselesaikan. Persoalan tersebut, antara lain, adalah rendahnya kapabilitas (kualitas pembangunan manusia) dan Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi.

Secara faktual, kualitas pembangunan manusia negeri ini belum maksimal dan masih harus ditingkatkan. Hal ini tercermin dari skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih jauh dari skor ideal sebesar 100 poin. Pada tahun 2012, skor IPM Indonesia sebesar 62,9 poin (Human Developmen Report, 2013). Dengan skor IPM sebesar ini, Indonesia menempati ranking ke-121 dari 185 negara. Sementara itu, di kawasan ASEAN, ranking Indonesia di bawah Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia, dan Thailand.

Di tengah belum maksimalnya kualitas pembangunan manusia negeri ini, pembangunan yang terjadi selama ini ternyata juga dibarengi dengan disparitas atau ketimpangan gender. Faktanya, derejat kesejahteraan atau tingkat kapabilatas—yang mencerminkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan daya beli—kaum perempuan di negeri ini tetap tertinggal bila dibandingkan dengan kaum laki-laki.

Hal ini tercermin dari skor Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) yang lebih rendah dari skor IPM. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, dalam sepuluh tahun terakhir selisih antara skor IPM terhadap IPG secara rata-rata sebesar 5 poin. Itu artinya, pembangunan yang terjadi kenyataannya “menyisihkan” kaum perempuan. Dengan kata lain, pembangunan yang terjadi belum inklusif karena kemajuan lebih lebih dirasakan oleh kaum laki-laki ketimbang kaum perempuan.

Peran kaum perempuan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik juga masih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini tercermin dari skor Indeks Pembangunan Gender (IDG) yang sebesar 69,14 pada tahun 2011. Angka ini masih jauh dari skor ideal sebesar 100 poin.

Faktanya, meski rasio penduduk laki-laki dan perempuan berimbang, laki-laki kenyataannya lebih dominan dalam pengambilan keputusan di bidang politik dan ekonomi. Ini ditunjukkan oleh masih rendahnya proporsi kaum perempuan di parlemen dan rendahnya proporsi pendapatan yang disumbangkan oleh kaum perempuan dalam rumah tangga bila dibandingkan dengan kaum laki-laki.

Selain persoalan kesetaraan dalam menikmati hasil pembangunan, para ibu di negeri ini juga dihadapkan pada persoalan masih tingginya peluang untuk meninggal dunia pada saat melahirkan dan setelah melahirkan.

[caption id="attachment_310406" align="alignnone" width="619" caption="Diolah dari hasil SDKI, 2012"][/caption]

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia yang dilaksanakan oleh BPS pada tahun 2012 menyebutkan, AKI nasional mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan telah terjadi kenaikan kasus kematian ibu yang cukup drastis dalam lima tahun terakhir. Diketahui, AKI pada 2007 hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Kenaikan AKI yang cukup drastis ini mengkonfirmasi bahwa upaya pemerintah untuk menekan AKI selama lima tahun terakhir melalui sejumlah program, antara lain Jaminan Persalinan (Jampersal), sebetulnya belum maksimal.

Itulah sejumlah fakta penting yang mesti diperhatikan dan direnungkan oleh pemerintah pada Hari Ibu kali ini. Selamat Hari Ibu, semoga kehidupan para ibu di negeri ini semakin baik. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun