Mohon tunggu...
KadekYuniMerdiyaniDwiKumara
KadekYuniMerdiyaniDwiKumara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Hobby saya olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Busana Adat Bali Sebagai Jembatan Pendidikan Multikultural Generasi Muda oleh: Kadek Yuni Merdiyani Dwi Kumara

25 Desember 2024   11:04 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Busana adat Bali Sumber:https://img.okezone.com/content/2017/11/11/340/1812363/meriahnya-hari-suci-kuningan-di-bali-umat-hindu-berbondong-bondon

Pendidikan multikulturalisme memberikan banyak manfaat, yang tidak hanya terbatas pada pengenalan budaya lain, tetapi juga pada peningkatan kualitas sosial dan moral anak-anak. Melalui pendidikan ini, anak-anak diajarkan untuk menerima perbedaan, baik dalam hal suku, agama, ras, maupun budaya. Dengan demikian, mereka dibekali dengan keterampilan sosial yang memadai untuk menghadapi tantangan di dunia global yang semakin terhubung. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang menghargai keberagaman cenderung memiliki pandangan yang lebih luas dan lebih terbuka terhadap perbedaan.

Pentingnya pendidikan multikulturalisme semakin terasa seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi yang memungkinkan manusia dari berbagai penjuru dunia untuk saling terhubung. Dunia yang semakin terkoneksi ini menuntut kita untuk memiliki sikap inklusif dan toleran, dan salah satu cara terbaik untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah melalui pendidikan yang dimulai sejak usia dini. Dalam hal ini, Bali, melalui penerapan Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2018 tentang busana adat, memberikan contoh yang sangat relevan dan aplikatif.

Di dalam kebijakan tersebut, anak-anak diajak untuk mengenakan busana adat Bali pada hari-hari tertentu, seperti Kamis, Purnama, Tilem, dan Hari Jadi Provinsi Bali. Ini bukan sekadar kebijakan yang mengatur penampilan fisik, tetapi lebih jauh lagi, ini adalah upaya untuk menginternalisasi nilai-nilai budaya Bali dalam kehidupan sehari-hari. Melalui busana adat, siswa di Bali tidak hanya mempelajari sejarah, filosofi, dan makna budaya mereka sendiri, tetapi juga dipersiapkan untuk memahami pentingnya keberagaman budaya dalam skala yang lebih luas.

Pendidikan multikulturalisme yang berbasis pada tradisi lokal seperti ini memberi kesempatan bagi siswa untuk membangun rasa identitas yang kuat. Saat mereka mengenakan busana adat Bali, mereka tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga merayakan dan membanggakan warisan budaya mereka. Hal ini membentuk rasa percaya diri dan kebanggaan terhadap budaya sendiri, yang merupakan modal penting dalam membentuk karakter seseorang. Rasa bangga terhadap budaya lokal yang diperkenalkan sejak dini akan menjadi fondasi yang kokoh untuk mencintai dan menghargai kebudayaan lain, karena mereka memahami bahwa budaya mereka berharga dan layak dihargai, sebagaimana mereka juga harus menghargai budaya lain.

Seiring dengan berkembangnya pendidikan multikulturalisme, anak-anak belajar untuk menghargai keberagaman sebagai bagian dari kehidupan. Salah satu tujuan utama dari pendidikan multikulturalisme adalah untuk membangun masyarakat yang inklusif, di mana setiap individu dihargai tanpa memandang latar belakangnya. Ini sangat penting, terutama dalam konteks Bali yang merupakan daerah dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Dengan mengenakan busana adat Bali secara rutin, siswa tidak hanya belajar menghargai budaya mereka, tetapi juga belajar untuk lebih membuka diri terhadap keberagaman. Mereka diajarkan bahwa perbedaan tidak harus menjadi penghalang untuk berinteraksi dan bekerja sama, melainkan merupakan kekuatan yang dapat memperkaya kehidupan mereka.

Lebih jauh lagi, tradisi mengenakan busana adat ini juga menjadi cara untuk mengenalkan nilai-nilai luhur seperti kesopanan, rasa hormat terhadap alam, dan kedamaian. Nilai-nilai ini terkandung dalam filosofi yang mendasari setiap aspek dari busana adat Bali, yang mencerminkan cara hidup yang penuh perhatian terhadap lingkungan dan sesama. Anak-anak yang terbiasa mengenakan busana adat sejak dini secara otomatis akan memiliki kecenderungan untuk mengadopsi pola pikir yang lebih menghargai kehidupan yang harmonis dengan alam dan masyarakat sekitar.

Pendidikan multikulturalisme juga memiliki peran penting dalam mencegah diskriminasi dan intoleransi. Melalui kebijakan seperti yang diterapkan di Bali, di mana siswa mengenakan busana adat Bali, mereka tidak hanya mengenali perbedaan sebagai sesuatu yang menarik, tetapi juga sebagai sesuatu yang harus dihormati. Pendidikan ini membangun empati di kalangan anak-anak, sehingga mereka dapat melihat dunia dari berbagai perspektif yang berbeda. Dengan cara ini, mereka tidak hanya diajarkan untuk mengenal budaya yang berbeda, tetapi juga untuk menghormati keberagaman tersebut.

Di Bali, melalui kebijakan busana adat, ada upaya nyata untuk mengajarkan siswa untuk hidup dalam harmoni dengan berbagai perbedaan. Hal ini memberi dampak positif dalam menumbuhkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang diajarkan untuk mengenakan busana adat, tidak hanya belajar tentang simbolisme budaya, tetapi juga merasakan sendiri bagaimana budaya itu dipraktikkan dalam kehidupan mereka. Ini menciptakan hubungan yang lebih dalam antara mereka dan budaya mereka, sekaligus membantu mereka memahami pentingnya saling menghormati dalam masyarakat yang semakin plural.

Penerapan kebijakan busana adat Bali juga memberikan dampak positif pada sektor ekonomi lokal. Dengan semakin tingginya permintaan akan busana adat, industri tekstil dan kerajinan lokal di Bali mendapatkan dukungan yang signifikan. Para pengrajin lokal yang menghasilkan busana adat semakin dihargai, dan mereka mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan karya mereka lebih luas lagi. Hal ini juga membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar, yang pada gilirannya turut mendukung perekonomian daerah Bali.

Selain itu, kebijakan ini juga berkontribusi dalam pelestarian seni dan budaya Bali. Melalui produksi busana adat, teknik-teknik tradisional yang digunakan dalam pembuatan kain, penataan busana, dan proses pewarnaan, dapat dipertahankan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan demikian, kebijakan ini tidak hanya bermanfaat dalam aspek sosial dan pendidikan, tetapi juga dalam hal pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun