Masiswa Pekerja. Adalah sebutan yang pantas bagi Komang Surya Candra Permana, seorang mahasiswa semester 5 STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja Prodi Pariwisata Budaya dan Keagamaan Jurusan Dharma Duta. Pria yang akrab disapa Surya ini ialah pria yang berusia 21 tahun lahir di Desa Bubunan pada tanggal 31 desember 2003. Surya berasal dari Desa Bubunan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, yang sekarang menetap di rumah pamannya yakni di di jalan Pulau Komodo, Desa Banyuning. Saya memiliki kesempatan untuk mewawancarainya pada tanggal 22 november 2024 setelah ia selesai kelas mata kuliahnnya.
"Antara Pendidikan dan penghidupan". Istilah yang selalu menyertai Surya dalam menjalani hari-harinya. Yang dimana berbeda dengan Sebagian mahasiswa pada umumnya, Surya menghabiskan waktu tidak hanya untuk pendidikan saja, melainkan dia menjalani harinya dengan bekerja. Surya ialah anak bungsu dari tiga bersaudara yang tumbuh di sebuah keluarga pekerja keras. Dimana ayahnya yakni Putu Sarjana yang berprofesi menjadi seorang pedagang, dan ibunya yakni Komang Parmiti ialah seorang ibu rumah tangga. Meski penghasilan mereka pas-pasan, kedua orang tuanya selalu menkankan untuk mementingkan pendidikan serta bekerja keras.
Dukungan penuh dari orang tuanya, tentu membuat Surya menjadi pribadi yang bekerja keras. Terlihat ketika sehabis pembelajaran mata kuliahnya, Surya selalu langsung bekerja menjadi seorang tukang las bubut di salah satu bengkel pamannya. Surya menyampingkan, pandangan-pandangan orang lain tentang menjadi mahasiswa yang harus belajar serta menjalani pendidikan saja. Ini ia lakukan dimulai dari sejak remaja yang dimana Surya sudah ikut-ikut bekerja dengan pamannya sebagai tukang las, serta belajar teknik mengelas."Saya mengawali belajar di sekolah sambil bekerja dari sejak duduk di bangku smp, yang pada saat itu pembelajaran dimulai pada siang hari atau sekolah siang. Paginya saya bekerja lalu siangnya saya belajar di sekolah, ini pun berlanjut ke jenjang sma." Kata Surya.
Surya sempat bercerita, kalau dulu sehabis menyelesaikan pendidikannya pada jenjang sma, dia tidak langsung melanjutkan ke perguruan tinggi melainkan dia bekerja selama setahun serta dia menjalani Latihan untuk tes polisi dan tentara, namun naas dia tidak lulus pada kedua tes tersebut. Pada akhirnya Surya pun melnajutkan pendidikannya ke perguruan tinggi sembari melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang las.
"Saya kuliah tetap sambil bekerja, serta saya ikut juga bergabung organisasi kampus. Tentu sangat banyak tuntutan yang harus saya jalani, tuntutan organisasi, perkuliahan, serta pekerjaan yang berat. Namun itu bisa saya atasi dengan mengatur waktu yang baik." Tutur Surya. Kordinasi, ialah kunci dari Surya ketika mengatur antara jam perkuliahan serta jam bekerja.
Alasaan Surya kuliah sambil bekerja ini, tentu ia sangat prijhatin dengan kondisi kenonomi keluarganya. "Melihat kondisi ekonomi keluarga yang sangat meperihatinkan, tentu sangat membuat saya jengah. Saya berkeingingan bagaimana saya melanjutkan pendidikan tanpa membebani kedua orang tua saya." Ungkap Surya. Surya juga menambahkan dia sangat ingin untuk menaikkan derajat keluargannya. Disebutnya pula bahwa "saya iini perintis, bukan pewaris" ini yang menjadikan Surya untuk selalu bekerja keras untuk merintis dari bawah, hingga nanti perlahan naik keatas.
Dalam menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswa sekaligus tukang las, tentu Surya sudah banyak sekali mengalami suka dan duka. Menjalani kuliah sambil bekerja ini tentu banyak sekali kendala-kendala yang ditemui, mulai dari masalah perkuliahan, keorganisasian, pekerjaan, dan keluarga. Namun Surya menghadapinya dengan senang, serta menikmati prosesnya tanpa memikirkan kendala-kendala atau masalah-masalah lainnya agar tetap fokus dalam bekerja maupun belajar.
Namun dibalik itu semua, Surya juga menyayangkan masih banyaknya mahasiswa atau mahasiswi di era sekarang yang terlalu bergantung atau membebani orang tua mereka. "Mengutamakan Gengsi demi Validasi" mungkin statement yang sering muncul pada era ini. Namun Surya menghadapinya dengan legowo. "Masalah gengsi atau tidak mengikuti trend perkembangan zaman sih saya tidak peduli, karena prinsip saya bagaimana saya bisa sukses tanpa membebani orang tua ya, seenggaknya meringankan beban mereka lah" ujar Surya. Surya juga menambahkan jika masih banyak orang yang tidak menyadari potensi yang mereka miliki. Menurutnya tekuni dan pelajari, merupakan kunci untuk kita dalam menggapai tujuan kita, apa kita takuti akan menjadi sebuah penunda kita dalam mencapai tujuan yang kita tentukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI