Mohon tunggu...
ridoi rahayu
ridoi rahayu Mohon Tunggu... -

mahasiswi ilmu kesehatan masyarakat UNUD, Tim Kreatif komunitas baca 'gdebook'

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Merayakan Nyepi Bersama Morbili

13 Maret 2013   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:50 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13631889802082892711

Selamat hari Nyepi,

Aku yakin semua lagi pada menikmati suasana Nyepi dengan caranya masing-masing. Ada empat pantangan saat Nyepi yang disebut dengan Catur Brata penyepian, yaitu Amati Karya (tidak bekerja), Amati geni (tidak menyalakan api), Amati lelanguan (tidak berfoya-foya/senang-senang) amati lelungaan (tidak bepergian). Mungkin ada yang sudah bisa menjalankan Nyepi dengan khidmat, namu ada pula yang menjalankan sesuai dengan kemampuan. Mungkin kali ini ada yang puasa sembari mengucap doa dan mantra, ada yang memilih tiduran sambil baca buku atau nonton DVD. Atau mungkin ada yang masih tetap bekerja karena deadline tak mengenal jeda Nyepi. Apapun itu aktivtasnya, silakan dijalankan dengan penuh sukacita, niscaya semua akan dilalui dengan baik. (Maria tegak[dot]com)

Yuph kehebohan bolak-balik cek darah di RS rupanya sudah menemukan jawabannya. Jika awalnya di Sanglah darah terdeteksi normal, demikian pula di hasil lab di salah satu RS di Ubud. Sayangnya bintik merah disekujur tubuhmemberijawaban yang berbeda. Dan sudah pasti, Nyepi ini akan aku lalui dengan suasana yang berbeda pula dari tahun-tahun sebelumnya.

[caption id="attachment_232810" align="aligncenter" width="300" caption="binitk merah"][/caption]

Sebelumnya, empat hari terkapar dengan panas tubuh nangkring di 38 hingga 40 derajat celcius. Sakit kepala tingkat Dewa 19, Nyeri sekujur tubuh, pembengkakan kelenjar limpa, diare, mual, nafsu makan menurun dan lemas membuat aku tidak bisa beraktivitas dengan normal. Terimakasih untuk tim yang tetap bisa berkomunikasi dengan baik via ponsel, atau yang sudah rela berkunjung ke rumah untuk diskusi lebih lanjut. Thanks juga buat kak devi yang udah nemenin, jagain, dan ngompresi semalam subuh. Sudah memaklumi alasan ku tidak mau dilarikan ke RS H-1 event. Gilaaa aja kalo aku sampai opname :’) Tapi aku masih berterimakasih pada tubuh ini, karena masih bisa berdiri tegak dalam konser suara tujuh nada hingga acara berakhir. Keesokan harinya……. *tumbang lagi*

Morbili, nama penyakit yang berhasil membuatku nempel di kasur seharian. Disamping karena panas badan yang masih memaksa untuk beristirahat, penyakit ini juga tergolong mudah menular jadi sebaiknya memang di isolasi (kalau dikarantina nanti kayak puteri Indonesia *jreeeng). Morbili disebabkan oleh virus morbili yaitu Rubeola, penyakit ini lebih terkenal dengan sebutan cacar atau campak. *Eits bukan penyakit jomblo, cacar= cari pacar, atau penyakit mantan=dicampakkan yah, eaaaaa*.

Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak (lhaaa gue udah hampir jadi emak mosok kena juga?) dan bisa juga menyerang remaja yang tidak lengkap vaksinnya saat kecil dulu atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Kalau aku sih kayaknya masuk alasan yang terakhir deh. *Eeerrr* Seingatku aku sudah menderita penyakit ini kurang lebih sebanyak 3 kali. Maruk yah? Tapi begitulah kenyataannya. Banyak yang heran kenapa penyakit yang konon sudah musnah ini bisa aku derita lagi bahkan tak hanya sekali. Harusnya aku sudah kebal sejak pertama kena dulu yah, tapi kenyataan berkata lain. Imunitas atau sistem kekebalan tubuh menjadi salah satu kuncinya. Disamping karena sistem imun yang lemah, pola hidup yang ‘kurang’ sehat juga menjadi acuan terjadinya penyakit ini. (tetap ga mau disebut menjalankan pola hidup tidak sehat, hadeh) ya dan seperti itulah aku. Karena suka teledor pada jam istirahat akhirnya hanya sakitlah yang dapat memaksaku untuk tidur tak larut dan makan teratur karena sambil minum obat dari dokter. *jewer kuping sendiri*

Oiya, dikeluargaku penyakit ini terkenal dengan nama ‘Nunas Paica’ jadi kalau ada yang sakit, maka kita harus menghaturkan sesaji di merajan dengan harapan yang sakit segera dipaica (di anugrahi) kesembuhan lalu, setelahnya si sakit dimandikan dengan air kembang tujuh rupa dari canang yang telah dihaturkan sebelumnya. Itu juga yang aku lakukan, sejak kecil jika kena penyakit ini.

Sebenarnya penyakit ini bisa dicegah, imunisasi vaksin campak saat bayi, menjaga daya tahan tubuh dan gizi yang seimbang serta terapkan prinsip hidup sehat. Kalau sudah terlanjur kena kompres air dingin atau minum obat penurun panas. Jika panas tak kunjung turun silakan kunjungi dokter, hehehe jangan panik. Awalnya aku juga sempat panik di kost an. Mikirnya ini kumat si alergi udang atau malah kena DB stadium parah!. Bercak merah uda ga santé aja, panas tubuh bak pelana kuda tapi tetap cek darah lah yang membuktikan segalanya. Jangan takut cek darah yah, rasanya kayak digigit semut aja kok. Semut sekecamatan sih ya :’)

Jadi Nyepi ini, aku ga bisa ikut mebuhu di rumah atau keliling Desa bawa obor ngikutin ogoh-ogoh. Tugasku sepulang dari RS adalah jaga rumah!

Whatever lah yah, yang penting Nyepi tetap dinikmati. Mari beri waktu istirahat pada bumi. Shanti Shanti Shanti......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun