Mohon tunggu...
kadekbintang
kadekbintang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Implementasi Filsafat Pendidikan Pragmatisme dalam Pembelajaran Sejarah

24 Desember 2024   17:50 Diperbarui: 24 Desember 2024   16:49 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat adalah disiplin ilmu yang berusaha untuk memahami dan menjelaskan berbagai aspek kehidupan dan dunia melalui penggunaan akal budi dan refleksi kritis. Kata "filsafat" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu "philos" (cinta) dan "sophia" (kebijaksanaan), sehingga secara harfiah filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan cabang dari filsafat yang berfokus pada kajian dan pemahaman pada pendidikan, filsafat pendidikan ini memberikan landasan filosofis bagaimana sesungguhnya pengelolaan pendidikan itu dibangun atas dasar perspektif keilmuan yang kuat. Pendidikan dijadikan sebagai fondasi pembentukan karakter dan perkembangan intelektual manusia, pendidikan ini senantiasa berkembang sejalan dengan perkembangan konsep filsafat yang mengarahkan tujuan dan metode pendidikan. Terdapat sembilan (9) aliran filsafat pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran dan implementasi pendidikan, utamanya dalam pembelajaran sejarah. Salah satu aliran filsafat pendidikan yang memberikan kontribusi signifikan adalah filsafat pendidikan pragmatisme.

tokoh-pragmatisme-676a82bd34777c19db38b402.jpg
tokoh-pragmatisme-676a82bd34777c19db38b402.jpg
Aliran filsafat pragmatisme ini tumbuh dan berkembang pada awal abad ke-20 dan mendapat sambutan luas dalam dunia pendidikan. Konsep pragmatisme sebagai aliran filsafat pada awalnya dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce pada tahun 1839 di Amerika. Charles Sanders Pierce sebagai pelopor pragmatisme, memperkenalkan istilah pragmatismem dan gagasan bahwa makna suatu konsep terletak pada konsekuensi praktisnya, ia menekankan logika, eksperimen, dan penyelesaian masalah. Kemudian William James mempopulerkan pragmatisme dengan menekankan bahwa kebenaran suatu ide ditentukan oleh kebermanfaatannya dalam praktik. Ia melihat pendidikan sebagai sarana untuk membantu individu menemukan makna dalam kehidupan mereka. Dan John Dewey merupakan tokoh yang memberikan kontribusi paling besar dalam mengaplikasikan aliran filsafat pragmatisme ke dunia pendidikan. Ia memandang pendidikan sebagai proses pertumbuhan berkelanjutan yang berpusat pada pengalaman siswa. Menurut Dewey, sekolah adalah miniatur masyarakat yang harus mendukung pembelajaran berbasis masalah, kerja sama, dan keterlibatan aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa aliran filsafat pendidikan pragmatisme merupakan sebuah aliran yang berfokus pada nilai praktis, kebermanfaatan, dan hasil nyata dari suatu ide atau tindakan dan berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu yang dipandang memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata, sehingga sifat kebenaran menjadi relatif dan tidak mutlak. Dan filsafat pendidikan pragmatisme memandang sekolah sebagai tempat untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan kehidupan nyata.

Pragmatisme, sebagai salah satu aliran filsafat pendidikan, memberikan pandangan yang sangat relevan dalam konteks pembelajaran sejarah. Berakar dari pemikiran tokoh-tokoh seperti John Dewey, filsafat ini menekankan pentingnya pengalaman langsung, pemecahan masalah, dan relevansi materi yang diajarkan dengan kehidupan siswa. Pendekatan pragmatisme dalam pendidikan sejarah tidak hanya bertujuan untuk membuat siswa menghafal kejadian masa lalu, tetapi lebih pada bagaimana mereka dapat memahami pelajaran sejarah dari masa lalu sebagai bekal untuk menghadapi tantangan yang ada dimasa kini dan di masa depan. Pragmatisme, dalam konteks pembelajaran sejarah, menekankan pentingnya pengalaman nyata bagi siswa. John Dewey, salah satu tokoh utama pragmatisme, mengusulkan bahwa pembelajaran harus berbasis pada pengalaman langsung dan nyata. Dalam praktiknya, ini berarti guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengeksplorasi isu-isu sejarah melalui pendekatan interaktif, seperti diskusi, simulasi, dan proyek. Misalnya, dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat terlibat dalam penelitian lokal mengenai sejarah komunitas mereka. Melalui aktivitas ini, siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang sejarah, tetapi juga memahami relevansi sejarah dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka. Mereka belajar melihat bagaimana peristiwa sejarah membentuk masyarakat mereka dan bagaimana mereka dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk berkontribusi pada komunitas mereka. Selain itu, pembelajaran sejarah yang pragmatisme menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar. Misalnya, ketika membahas suatu peristiwa sejarah, siswa didorong untuk menganalisis dampak peristiwa tersebut terhadap masyarakat dan relevansinya dengan situasi masa kini. Dengan cara ini, pembelajaran sejarah tidak hanya menjadi proses mengingat peristiwa, tetapi juga membangun kemampuan berpikir kritis siswa. Mereka belajar untuk melihat hubungan antara masa lalu dan masa kini, dan bagaimana pemahaman sejarah dapat membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik di masa depan. Kemudian, pragmatisme juga mengajarkan bahwa sejarah harus dipelajari dengan tujuan membangun keterampilan sosial. Melalui pendekatan ini, siswa belajar untuk bekerja sama dalam kelompok, menghargai sudut pandang yang berbeda, dan mengembangkan kemampuan komunikasi yang efektif. Kegiatan seperti debat sejarah atau drama peristiwa historis memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bagaimana memecahkan masalah bersama dan mengambil keputusan yang didasarkan pada pemahaman menyeluruh dari siswa dalam kelompok. Misalnya, dalam debat sejarah, siswa dapat mengambil peran sebagai tokoh sejarah atau kelompok tertentu dan berdebat dari perspektif mereka. Aktivitas ini tidak hanya membantu siswa memahami berbagai perspektif sejarah, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk melihat isu-isu dari berbagai sudut pandang.

Dengan mengadopsi prinsip-prinsip pragmatisme, pembelajaran sejarah tidak hanya akan menjadi lebih relevan dan menarik bagi siswa, tetapi juga lebih efektif dalam membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi masyarakat yang kritis, inovatif, dan berguna. Pendidikan sejarah yang pragmatisme membantu siswa memahami pentingnya sejarah dalam kehidupan mereka dan bagaimana mereka dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk dijadikan pedoman hidup. Implementasi pragmatisme dalam pembelajaran sejarah juga berarti bahwa guru harus terus berinovasi dalam metode pengajaran mereka. Mereka harus selalu mencari cara untuk membuat pembelajaran lebih interaktif dan relevan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran ini dapat menggunakan teknologi untuk membuat materi sejarah lebih menarik, atau melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi sejarah dalam konteks yang nyata. Misalnya, penggunaan media sosial dan platform online dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi berbagai sumber dan perspektif sejarah. Dengan pendekatan pragmatisme, pendidikan sejarah menjadi alat yang kuat untuk membentuk generasi muda yang lebih sadar akan sejarah mereka dan lebih siap untuk menghadapi tantangan masa depan. Siswa tidak hanya belajar tentang masa lalu, tetapi juga bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA

Wasitohadi. (2012). PRAGMATISME, HUMANISME DAN IMPLIKASINYA BAGI DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA. Satya Widya. (https://ejournal.uksw.edu/satyawidya/article/download/134/122). 

Mohamad Topan. (2021). PRAGMATISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA: KRITIK DAN RELEVANSINYA. AL-IDRAK Jurnal Pendidikan Islam dan Budaya. (https://jurnal.stitalihsan.ac.id/index.php/alidrak/article/download/7/2). 

Ahmad Kosasih. (2022). FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME: Telaah Atas Teori Manajemen Pendidikan John Dewey. Jurnal Ilmiah Kependidikan. (https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Faktor/article/download/11416/pdf_ed).  

Murniati Istiqomah, Fadllul Anisa Zahru, Nur Wakhidah Fadhilaturrahmah. (2022). Implikasi Aliran Pragmatisme dalam Pendidikan. Media Penelitian Pendidikan: Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. (https://journal.upgris.ac.id/index.php/mediapenelitianpendidikan/article/download/12214/6159).  

Satiri, Aceng Hasani, Lukman Nulhakim, Yayat Ruhiat, Cecep Anwar Hadi. (2024). Filsafat Pendidikan Pragmatisme Sebuah Analisis tentang Teori Pragmatisme dalam Pendidikan. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research. (fhttps://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/7805/7549/18036). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun