Penjor sendiri merupakan sebuah persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Hyang Giri Tolangkir yag berasal dari Gunung Agung. Menurut lontar Purna Bali Dwipa, yang berbunyi " punang aci galungan ika ngawit, bu, ka, dungulan sasih kacatur , tanggal 15, isaka 804. Bangun indria buwana ikang Bali rajya"  yang memiliki arti  "Hari Raya Galungan pertama dirayakan tepatnya pada hari Rabu Kliwon, wuku Dungulan, sasih Kapat, tanggal 15 tahun 804 Saka, dan keadaan pulau Bali bagaikan Indra Lokha.
Pada saat  menjelang perayaan Galungan maka turun 3 Bhuta Kala yang memiliki sebutan Sang Kala Tiga meliputi : 1. Bhuta Galungan, 2. Bhuta Dungulan, 3. Bhuta Amangkurat.
Dimulai dari Bhuta Galungan dimana Bhuta ini akan mengganggu atau mengusik manusi bertepatan pada saat penyekeban, yaitu hari Minggu (Redite) pada saat ini Bhuta Galungan akan menggoda pikiran atau idep menurut lontar Sundarigama mengatakan "anyekung jnana" artinya mendiamkan  pikiran atau bisa juga memiliki arti menenangkan pikiran. Setelah goodan dari Bhuta Galungan akan muncul goodan dari Bhuta Dungulan pada Senin ( Soma). Bhuta Dungulan akan menggoda manusia tepat pada hari penyajan galungan dalam lontar Sundarigama mengatakan " pangastawaning sang ngamong yoga samadhi" pada saat inilah Bhuta Dungulan menggoda ucapan manusia atau wacika sebisa mungkin kita harus menjaga perkataan agar emosi tidak terpancing oleh karena perkataan.Â
Dan godaan terakhir adalah goodan dari Bhuta Amangkurat yang menganggu manusia pada saat penampahan galungan yang akan menggoda perilaku serta tingkahlaku manusia maka dari itu pada saat penampahan umat Hindu Bali menyembelih babi yang memiliki makna membunuh sifat-sifat kebinatangan pada diri seperti malas (Tamas). Sebelum itu terdapat rangkaian upacara seperti Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Sugihan Jawa bersumber dari kata Sugi yang memiliki arti membersihkan (mareresik) sedangkan Jawa atau Jaba yang berarti Luar, dapat disimpulkan bahwa Sugihan Jawa memiliki arti membersihkan alam semesta sedangkan Sugihan Bali berasal dari kata Sugi yang berarti membersihkan dan Bali berarti dalam jadi Sugihan Bali berarti membersihkan diri atau badan dalam artian Bhuwana Alit
Namun banyak dari kita meboye (ingkar), cuek, tidak peduli, acuh tak acuh terhadap makna filosofi ini maka unsur Kala menang, sedangkan jika meyakini akan makna serta filosofi hari raya ini maka unsur yang diperoleh yaitu Jaya atau berhasil. Setelah berhasil melewati godaan ini maka baru masuk ke hari Galungan sebagai kemenangan darma melawa adharma dimana seluruh masyarakat Hindu Bali melakukan persembahyangan ke setiap Pura yang ada, seperti Pura Kahyangan Tiga yang meliputi ; Pura Puseh, Pura Desa dan Pura Dalem.Â
Setelah selesai persembahyangan biasanya di tiap-tiap daerah ada kegiatan "ngelawang" dimana anak-anak akan menarikan barong bangkung, maupun barong jenis lainnya, ke esokan harinya adalah hari Umanis Galungan stsu kerab disebut Manis Galungan yang biasanya dimanfaatkan sebagai waktu mengujungi kerabat-kerabat maupun mengunjungi tempat wisata. Pada hari sabtunya sudah memasuki Kuningan sama halnya seperti hari Galungan, hari Kuningan juga memiliki  penampahan, di saat penampahan ini masyarakat Bali mempersiapkan berbagai makanan dan sesajen seperti, sate lilit dari babi, ayam, ikan dan olahan lainnya.
Mari kita maknai hari suci ini dengan menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap semua mahluk ciptaan Tuhan, Covid-19 bukanlah alasan kita untuk berhenti meyadnya menghaturkan sembah dan bhakti ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tetap taati protokol kesehatan dimanapun kita berada.
Nama : Kadek Bayu Darma Putra
NIM : 2112021171
Prodi : S1 Pendidikan Bahasa Inggris
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H