Ketika seorang wanita memutuskan untuk menikah, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Terlebih ketika wanita ini mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi dan karier yang baik.Â
Bersyukur ketika seorang wanita cepat mendapatkan pasangan karena banyak wanita2 jaman sekarang yang hanya fokus mengembangkan jenjang karier sehingga tidak terlalu memperhatikan kehidupan pribadi ketika menyadari dan membutuhkan pasangan hidup mengalami kesulitan. Mulai dari usia yg sangat dewasa dan banyak pria yang enggan mendekati karena sudah mempunyai posisi jabatan yg tinggi.Â
Dan tentu harapan setiap wanita mendapatkan pasangan yg bisa menjadi pemimpin yang baik oleh karena itu dibutuhkan usia yang lebih dewasa dan pendidikan yang minimal setara dengan kita, agar bahtera rumah tangga dapat berjalan langgeng
Pertanyaan yang besar bagi setiap wanita yang menikah, apakah masih harus melanjutkan karier atau berhenti dan fokus kepada keluarga. Jika berhenti, kok rasanya sayang karena sudah meniti karier yang tidak mudah sampai seperti sekarang ini.
Perlu ada pemahaman yang mendalam bagi setiap wanita untuk mengambil keputusan yang tepat sehingga kelak tidak menyesal.Â
Pertama kita harus menyadari bahwa kita sangat bersyukur memiliki pasangan hidup apalagi tanpa harus dijodohkan krn kita memilih pasangan sesuai dengan keinginan kita, tentu yang mempunyai visi dan misi yang sama kedepannya. Pernikahan merupakan salah satu tujuan hidup setiap orang dan tentu diharapkan langgeng dan memiliki keturunan yang baik.Â
Yang kedua kita harus tahu setiap keluarga mempunyai tugas tanggung jawabnya masing-masing agar tercipta suatu keadaan yang harmonis. Dimana ada yang harus mencari nafkah dan ada yang harus mengatur rumah tangga. Jika dua point ini tidak jelas aturannya maka akan menjadi suatu masalah dalam keluarga.Â
Bayangkan jika harus ditanggung satu orang. Ketika ia sudah seharian bekerja di luar rumah, ketika sudah sangat lelah, ia pula yang harus membersihkan semua pekerjaan rumah, mulai dari bersih2, masak sampai mengurus anak-anak. Mungkin saja bisa tapi tidak maksimal pasti ada satu yang menjadi korbannya, minimal kesehatan jasmani dan emosional kita yang terganggu.
Begitu juga akan menjadi masalah jika tugas itu diperankan oleh orang lain atau salah peran. Misalnya yang bekerja adalah istri dan mengatur rumah tangga adalah suami, ketika istri melahirkan yang harus mengasuh anaknya, peran itu diambil oleh suami. Tentu itu tidak akan maksimal.
Oleh karena itu kesadaran dari masing-masing pasangan untuk membagi tugasnya dengan bijak. Ketika kepala keluarga pulang dari bekerja ia dapat beristirahat dengan tenang dan pulih kembali baik secara fisik maupun emosinya sehingga dapat berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain dengan baik.
Begitu pula istri yang dapat mengatur rumah tangganya dan anak2nya dengan bijak karena mempunyai banyak waktu dan banyak perhatian yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga dengan sepenuh hati.Â