Mohon tunggu...
I Gusti Agung Ayu Kade Galuh
I Gusti Agung Ayu Kade Galuh Mohon Tunggu... -

belajar menulis.. berusaha menuangkan ide dalam sebuah tulisan kritis, logis, dan bersolusi. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Online, Wadah Jurnalis Warga

23 Maret 2011   11:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Pencarian berita yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, biasa dikenal dengan istilah jurnalisme warga, sesungguhnya memiliki peranan sangat penting bagi pemberitaan peristiwa yang tidak terduga, misalnya saat terjadi bencana alam, serangan teror, hingga perang sekalipun. Misalnya saja ketika tsunami melanda Aceh. Sulit sekali bagi masyarakat untuk mengetahui kronologis peristiwa ketika tsunami itu datang hingga menerjang perumahan. Tidak satu jurnalis pun yang mampu meliput awal-awal kejadian tsunami karena mungkin tidak sedang berada tempat kejadianatau malah turut menjadi korban bencana tersebut. Biasanya, jurnalis hanya mampu meliput kejadian setelah peristiwa itu terjadi. Satu-satunya yang dapat dijadikan sumber berita adalah rekaman pribadi dari warga yang atas inisiatif diri sendiri meliput. Padahal, di saat yang sama ia sendiri telah menjadi korban. Namun, berkat adanya jurnalisme warga, masyarakat luas justru mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai bencana atau kejadian perang tersebut karena informasi langsung didapat dari korban.

Menurut Manuel Perez (dalam Allan,2006: 144), supervisor prouser CNN.com, informasi justru paling banyak didapat dari masyarakat saat terjadi badai Katrina. Fenomena sosial mengenai pemberitaan yang dilakukan oleh masyarakat, terutama ketika teknologi baru difungsikan sebagai alat pelayanan masyarakat. Maka, sangat berpotensi terjadi perubahan bentuk jurnalisme dari sifatnya tradisional menjadi jurnalisme baru dengan cara yang tak terduga : jurnalisme warga.

Media online mengubah bentuk jurnalisme warga dari yang biasanya surat pembaca pada koran, ‘man on street’ interview pada berita di televisi, atau telepon interaktif pada radio menjadi aktivitas blogging, bertukar foto, video, dan proadcast untuk memberitahusiapa penulis breaking news pertama kali sehingga memberikan pemahaman yang lebih baik bagi pembaca lainnya. Makna terpenting dari jurnalisme warga adalah partisipasi mereka dalam memberikan berita setiap hari. Setiap orang mampu memiliki ‘ceritanya’ sendiri, entah itu berisi pendapat, mencurahkan perasaan saat itu, segala perasaan personal yang hanya dapat dituangkan dalan laman pemberitaan online. Kita tidak bisa begitu leluasanya menulis ‘cerita’ di televisi maupun surat kabar. Hanya web online yang mampu menjadi wadah bagi keberadaan jurnalisme warga sesungguhnya.

Pada situs berita detik.com misalnya, terdapat menu bar khusus yaitu Detik Foto dan Detik Video. Menu ini berisi beberapa foto maupun video yang diambil oleh warga kemudian di-posting pada situs berita. Gambar biasanya diambil menggunakan kamera HP sehingga kualitas gambar tidak cukup bagus. Meskipun begitu, tetap bermanfaat bagi masyarakat karena memberikan informasi secara aktual langsung saat peristiwa terjadi. Liputan yang sering dimasukkan misalnya kerusuhan, angin kencang, atau peristiwa lain yang tak terduga. Pada situs berita tempointeraktif.com juga disediakan khusus space bernama Jurnalisme Warga. Space ini, sesuai dengan namanya, berisi liputan hasil reportase warga entah itu berupa teks, foto, ataupun audiovisual. Selain itu, selalu ada fitur interaktif ataupun web service agar bisa melakukan proadcast.

Di luar negeri, space jurnalisme warga pada porta berita online sengaja dibuat dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada warga. Kemudian, administrator meminta warga mengirimkan komentar atas peristiwa, pengalaman pribadi jika mengalami langsung peristiwa tersebut, sekaligus foto bila ada. Misalnya saja pada situs berita BBC, laman ‘Ledakan London : pendapat anda’ telah di-posting. Laman tersebut menanyakan ‘PernahkanAnda mengalami serangan teroris di Londong? Bagaimanakah ledakan tersebut mempengaruhi Anda?’ Kemudian administrator meminta para pengguna web menuliskan pengalaman mereka beserta nomor telepon yang nantinya akan digunakan untuk verifikasi jika tulisan menarik dan berniat untuk me-posting-nya.

Dengan demikian, situs berita online menggunakan dua mekanisme untuk memancing partisipasi warga melakukan reportase. Pertama, menyediakan halaman khusus dan mebiarkan pengguna secara bebas mengirimkannya. Kedua, meminta respon dari warga mengenai suatu peristiwa tertentu berupa tulisan pengalaman pribadi disertai foto bila ada, lantas mengirimkannya sesuai syarat yang diminta administrator. Apakah tulisan akan di-publish atau tidak akan sangat bergantung pada keputusan administrator.

Jurnalis warga juga berperan penting sebagai informan langsung kepada para wartawan. Wartawan biasanya mengetahui adanya suatu peristiwa pertama kali justru dari masyarakat di sekitar tempat peristiwa. “Warga saat itu mengirimi kami banyak foto di setiap detik sebelum kami mengetahui adanya ledakan bom,” ujar Helen Boaden, direktur pemberitaan BBC (dalam Allan, 2006: 148). Beberapa jam berikutnya, BBC me nerima lebih dari 1000 gambar, 20 buah video amatir, 4000 teks pesan dan sekitar 20.000 email. Meskipun beberapa diantaranya hanya sekedar komentar umum, tetapi sebagian lainnya adalah para warga yang selalu memberikan informasi kepada BBC jika ada suatu peristiwa. Bagi orang-orang tersebut, programmer akan selalu menjaga hubungan dengan mereka.

Tidak semua orang membuka situs berita untuk mendapatkan informasi. Beberapa orang lebih senang menulis atau membaca informasi pada blog-blog pribadi karena lebih mendapatkan kedekatan emosional penulis dalam memandang tragedi tersebut. Kepala editor McIntosh’s, Emily Bell (dalam Allan:2006, 151), membagikan keyakinnya bahwa kegitatan blogging sudah menjadi keseharian bagi penduduk lokal. Kunci penting mengenaiblog adalah mereka tidak seperti internet atau headline koran yang menempatkan berita terpenting pada urutan atas. Dengan blog, kita mendapatkan hal-hal yang paling kita inginkan, tak peduli apakah itu penting atau tidak menurut orang lain. Lebih jauh, akan sangat mudah untuk meng-update informasi dengan gaya penulisan pada blog ketimbang reportase berita. Selain itu, memungkinkan seseorang di berbagai tempat untuk terhubung secara emosional dengan even tersebut.

Akan tetapi, terdapat dua kritik menyangkut jurnalisme warga. Pertama, kebenaran suatu berita seringkali diragukan. Jika berita tersebut tidak benar, maka sulit pula untuk menentukan siapa sesungguhnya yang harus bertanggung jawab atas pemberitaan tersebut. Beberapa blog terkadang sangat subjektif dan condong untuk ‘bercerita’ (web-online stories) berdasarkan pandangannya saja. Penulis blog jarang melakukan reportase layaknya seorang jurnalis, misalnya dengan melakukan wawancara atau pencarian fakta secara mendalam. Kebanyakan berita disusun dari beberapa pengalaman mereka terhadap peristiwa tersebut. Kedua adalah minimnya penerapan kode etik dalam pelaksanaan jurnalisme warga. Dalam pengambilan gambar yang dilakukan oleh para jurnalis warga seringkali berlebihan dan tidak etis. Misalnya saja dalam bencana tsunami Aceh. Kebanyakan jurnalis warga mengambil gambar berupa banyknya mayat yang terapung, atau potongan tangan diantara reruntuhan rumah. Hal ini memang menyulut emosi bagi siapa saja yang melihatnya. Akan tetapi sangat tidak etis jika disebarkan secara luas bagi kepentingan umum. Lagi-lagi, jurnalisme warga terlalu mengedepankan pandangan dan emosi pribadi dang jurnalis.

Di era media baru ini, wacana : kita semua adalah reporter sekarang, sudah terwujud. Terlebih lagi komunikasi sedemikian mudahnya dilakukan secara instant. Telepon genggam tidak lagi sebatas digunakan sebagai alat komunikasi, namun bisa berubah menjadi kamera foto sekaligus kamera video. Pada akhirnya, transfer kekuatan informasi dari organisasi berita kepada warga sudah seharusnya dikonsolidasikan. Pemberitaan online menjadi suatu kolaborasi atara jurnalis suatu institusi pers dengan jurnalis warga. Konsekuensinya, batas diantara komunitas lokal dan virtual menjadi buram. Hal ini berimplikasi pada tanggung jawab jurnalistik untuk lebihberhati-hatidalam menyampaikan analisis maupun kritik dalam pemberitaan agar tidak terbawa arus ‘web-online stories’.

Referensi :

Allan, Stuart. 2006. Online News Journalism and the Internet. New York : Open University Press

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun