1 syawal 1433 Hijriyah telah tiba, Idul fitri telah tiba, perayaan terbesar umat muslim di seluruh dunia. Hari kemenangan setelah satu bulan lamanya menjalankan ibadah puasa, hari di mana kembalinya manusia kepada fitrahnya.
Gue sebagai muslim tentunya gembira dengan perayaan Idul Fitri. Gue memaknai Idul Fitri sebagai hari dimulainya hati yang bersih, karena gue melakukan permohonan maaf kepada semua kerabat dengan hati yang tulus.
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia melakukan interaksi sesamanya. Tak dapat dipungkiri dalam kehidupan bermasyarakat tentunya kita sebagai manusia melakukan kesalahan, kehilafan dan kekeliruan baik disenganja ataupun tidak disengaja.
Idul Fitri adalah moment yang baik untuk menjalin silaturahmi antar sesama manusia. Alangkah indahnya kita sebagai manusia saling maaf- memafkan sehingga terjalin komunikasi yang baik, kerukunan yang baik dan menebar kadamaian.
Memaafkan adalah perbuatan yang sangat baik dan menimbulkan energi positif. Buat gue memaafkan itu menyehatkan, baik secara jasmani ataupun rohani. Jika ada kerabat, teman dan kenalan yang non-muslim ikut merayakan Idul Fitri, buat gue sah-sah saja karena berinteraksi saling mengucapkan maaf adalah sifat yang universal. Mereka ikut merayakan pastinya bukan dari sudut agama tapi lebih ke posisi sebagai makhluk sosial.
Setelah melakukan komunikasi vertical atau interaksi sosial yaitu saling memaafkan sesama manusia, hal tersebut dilanjutkan dengan komunikasi horizontal yaitu komunikasi kepada Tuhan yang maha pencipta ALLAH SWT.Berdoa memohon maaf atas segala kesalahan, kehilafan dan kekeliruan baik disenganja ataupun tidak disengaja.Dengan hal tersebut maka lengkaplah makna Idul Fitri ke dalam hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H