Semenjak kedatangan kompeni terjadi suatu perubahan dalam pola sosial-kultur dalam masyarakat. Sebagai pusat pemerintahan dan kawasan urban yang mudah mendapat pengaruh silang budaya, Batavia dengan penduduk pribuminya yakni orang-orang Betawi mendapat cara baru dalam mengolah suatu makanan dan minuman. Perubahan ini terjadi karena didasari perhatian orang-orang Betawi kepada kebiasaan orang-orang Belanda yang gemar meneguk bir atau minuman wine. Kebiasaan ini banyak dijumpai di kalangan para pejabat Belanda selepas pulang kerja atau di kalangan para perwira sesudah memenangkan perang. Dalam perjamuan pesta meriah atau sekadar dalam obrolan santai, minuman bir ini tak pernah lepas disajikan.
Pola hidup seperti ini menarik perhatian orang-orang Betawi untuk mencoba menirunya tetapi harus selaras dengan hukum agama dan tradisi setempat. Pribumi di Batavia ini tidak mau kalah dengan minuman bir buatan Belanda. Mereka melakukan suatu inovasi dengan memakai bahan rempah tradisional seadanya yaitu jahe, lada, dan kayu secang (untuk pewarna merah) kemudian diracik menjadi suatu minuman segar dan berkhasiat. Inovasi ini memiliki maksud karena bahan rempah mudah didapat dan menjadi pembeda dengan Bir Belanda yang mengandung alkohol.
Kemudian, untuk menambahkan ciri khas yang melekat pada minuman bir Betawi ini maka diberikan nama "Pletok". Asal-usul pemberian nama "Pletok" ini berasal dari tiga asumsi, yaitu bunyi pletok yang keluar dari wadah bamboo karena pencampuran bahan-bahan rempahnya, bunyi pletok dari es batu dalam teko berisi bir tersebut, dan bunyi pletok yang berasal dari kulit kayu secang yang merupakan salah satu bahan minuman ini.
Sekarang, minuman tradisional asal Jakarta ini dibuat dari campuran rempah-rempah seperti kayu secang, gula, lada, pala, kapulaga, cengkeh, sereh, daun pandan, daun jeruk, jahe, cabe jawa dan kayu manis. Minuman ini dapat disajikan secara hangat atau dingin. Bir Pletok cocok minum kapan saja baik siang maupun malam hari. Terlebih lagi aman dikonsumsi untuk anak-anak.
Khasiatnya pun beragam. Selain untuk menghangatkan tubuh, dapat juga untuk memperlancar peredaran darah, mengatasi nyeri, memulihkan radang sendi bahkan mengobati migran. Tradisi kuliner Betawi ini menjadi sajian minuman dalam acara perkawinan dan khitanan. Selain itu juga dipopulerkan dalam wisata kuliner. Resepnya beraneka macam dan mudah didapat berkat kehadiran mesin pencarian google.
Terima kasih sudah membaca.
Sumber:
kebudayaan.kemendikbud.go.id
food.detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H