Pernahkah anda merasa terasing? Terasing dalam arti yang sesungguhnya. Tidak terasing dalam kaca mata ''tertolak cinta''. Tapi benar-benar terasing dalam sebuah lingkungan baru nun jauh dari lingkaran sebelumnya. Apalagi jauhnya berjarak ratusan mil, menyeberang laut, di pulau terpencil lagi. Dan anda sendirian. Tidak ada teman, benar-benar sendirian.
Bersyukurlah jika anda tidak mengalaminya. Minimal belum mengalaminya. Dan jangan sekali-sekali berharap mengalaminya, karena rasanya tidak nyaman. Tidak enak. Membuat galau.
Karena saya mengalaminya. Sungguhan!!!
Cuaca buruk menahan teman-teman saya untuk kembali bertugas di satkernya. Belum ada kapal yang berani berlayar. Menurut teman yang bertugas di pelabuhan Kalianget, semua kapal dalam kondisi diikat, ombak hingga setinggi 4 meter memaksa kapal-kapal itu mengencangkan tali jangkar, dan tidak punya nyali untuk memutar baling-baling ke pulau Kangean.
Kemarin, setelah cuaca buruk jilid pertama usai, saya buru-buru mengejar Sumekar 2, menaikkan sepeda motor, menebus tiket, dan meringkuk di dek 2, saya embat dua buah kursi penumpang lusuh, untuk bisa ''nyaman'' 9 jam perjalanan. Kenyataannya saya tidak bisa nyaman tidur di kursi duduk. Punggung sakit, karena tidak pernah menemukan posisi yang pas untuk sebuah tidur yang lelap. Banyak penumpang lain menggelar tikar di lantai, mengabaikan kebersihan, dan harus rela ditingkahi kaki penumpang lainya yang berlalu lalang.
Untungnya cuaca saat itu cukup bersahabat, sehingga perut saya ikutan tenang. Perjalanan laut 9 jam-pun akhirnya usai setelah pelabuhan Kangean muncul di balik pagi yang segar. Saya melompat, memaksa Smash melewati celah tumpukan barang-barang di atas geladak untuk segera sampai di rumah kontrakan.
Dan saya ''sendirian'' di pulau Kangean. Waktu tidur, saya hanya ditemani nyamuk, yang terus melawan baygon dengan gigihnya. Jika baygon kalah, saya juga menyerah, membiarkan darah dihisap, donor darah gratis. Cuma saya minta tolong sama nyamuk, jangan bawakan saya virus berbahaya.
Setelah sehari di Kangean, cuca buruk jilid 2 dimulai. Sementara saya berharap cuaca ini tidak terlalu parah, hingga teman-teman bisa datang menemani saya, minimal nyamuk-nyamuk itu ada mangsa alternatif yang lebih segar. Tapi apa boleh dikata, nyatanya cuaca buruk jilid 2 lebih parah. Dan kapal tidak berani berlayar lagi.
Sayapun sukses sendiri. Untungnya xl masih berbaik hati, gprsnya meski lemot memberi saya hiburan. Membaca berita adalah menu utama membunuh waktu. Saya berharap seminggu lagi cuaca buruk ini reda, meski saya sudah tidak berharap banyak ada teman yang datang, karena saya yang ingin segera pulang.
**Nyamuk malam ini cuma satu, sayangnya mereka bawa teman banyak.
Tajjen Kangean, 25 01 12