Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Siapa Mencintai Uang Tidak Akan Puas dengan Uang

22 September 2011   10:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:43 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekedar sharing. Melihat perilaku konsumtif masyarakat belakangan ini membuat saya bertanya. ‘Apakah bangsa ini sedang makmur atau bangsa ini tidak tahu bagaimana menggunakan uang mereka, sehingga mereka menjadi norak?’. Lihatlah bagaimana banyak anak-anak muda sekarang yang bangga memiliki gadget terbaru walau mereka sendiri tidak tahu apa fungsi fitur yang ada di dalamnya atau bahkan sampai menghalalkan segala cara untuk memperoleh barang tersebut.

Banyak juga anak-anak muda yang tidak lagi mengukur diri dengan para tetangga sebelah rumah, tetapi dengan artis dan actor yang selalu muncul di layar televisi atau model sampul sebuah majalah. Apa yang mereka pakai, apa yang mereka iklankan seperti menghipnotis anak-anak ini untuk menjadi sama seperti mereka. Satu kesimpulan yang bisa diambil dari perilaku ini adalah tidak ada yang dapat memuaskan keinginan mereka.

Dewasa ini rata-rata orang mempunyai 500 barang dalam hidupnya dan menganggap 100 diantaranya sebagai barang penting . Kalau pada abad 20, kira-kira tahun 1960-an rata-rata orang menginginkan 72 barang berbeda dan hanya menganggap 18 sebagai barang yang penting. Apa artinya? Ini menandakan bahwa semakin banyak orang yang hidup di kondisi sekarang menjadi pribadi yang tamak tanpa memperhitungkan keadaan.

Obsesi masyarakat yang konsumtif menimbulkan label harga yang besar jumlahnya. Beberapa keluarga yang saya kenal, sekarang ini menganggarkan seperempat dari pengeluaran gaji untuk membayar keinginan-keingian mereka, membeli barang-barang yang tidak terlalu penting,menghabiskan uang untuk sekedar kepuasan hobby dan sebagainya. Bahkan ada yang mengeluarkan 100% uang gaji mereka untuk mengatur utang-utang mereka.

Perilaku konsumtif ini sebenarnya berakar pada ketamakan. Ketamakan ini datang dalam berbagai bentuk. Tamak akan penerimaan, tamak akan status, tamak akan mobil tercepat, tamak akan kantor terbaik dan ketamakan lainnya. Ketamakan memiliki banyak wajah tetapi berbicara dalam satu bahasa: saya ingin lebih.

John D. Rockfeller, salah seorang pengusaha sukses, pernah ditanya, ‘Berapa banyak uang yang diperlukan untuk memuaskan seseorang?’ Ia menjawab, ‘Cuma sedikit lagi’. Sungguh bijak suatu tulisan dari raja sulaiman yang berkata seperti ini. “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya”. Orang yang tidak bisa mengendalikan diri atas keinginannya mempunyai motto: Saya selalu berburu uang

Saya senang dengan pribadi orang yang pekerjaannya cocok dengan penghasilan sedikitdaripada orang dengan pekerjaan yang salah dengan penghasilan banyak. Dengan penghasilan sedikit namun mampu mengelola keuangan dengan baik dan tentunya bisa dipercaya. Daripada punya penghasilan besar namun tidak bisa mengelola keuangan dan tidak bisa dipercaya. Inilah yang terjadi dengan para koruptor bukan? Ada satu prinsip yang saya dengar dari teman saya. “Lebih baik memiliki sedikit barang dan uang disertai takut akan Tuhan daripada memiliki banyak harta disertai kecemasan”. Bisa tidak tidur memikirkan uang banyak tapi bila tidak didapat dengan cara yang benar.

Karena itu, daripada kita terjebak dalam ketamakan lebih baik para suami atau istri, doronglah pasangan anda untuk memilih kepuasan kerja ketimbang gaji besar tapi tidak jujur. Lebih baik menikahi orang bahagia yang memiliki dompet tipis daripada orang yang malang dengan dompet tebal. Tidak ada jaminan hidup dengan orang yang tamak karena harta, karena dalam hidupnya yang diburu mereka adalah uang. Tidak ada kebahagiaan, tidak ada kepuasan dan yang pasti hidup menderita pada akhirnya.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun