Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mudah Diucapkan, Susah Dipraktikkan

14 September 2011   06:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu sekolah dasar dulu saya paling sebal dengan pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang menurut saya tidak menarik, menyusahkan ditambah gurunya juga galak bin sadis. Naik SMP tambah lagi pelajaran yang tidak menyenangkan. Namanya pelajaran Fisika dan Biologi. Nama pelajarannya saja, menurut saya pada waktu itu sudah mengerikan apalagi mempelajarinya. Alhasil sampai kelas 3 SMP ke-2 mata pelajaran itu selalu berkisar di angka 6 dan 7. Kalau bisa dapat 8 itu sudah luar biasa apalagi kalau dapat 9-10 saya bisa diarak keliling kampung hahaha….

Masuk ranah putih-abu-abu yang kebetulan saya ambil sekolah kejuruan, mata pelajaran yang paling sulit bertambah lagi, yaitu mata pelajaran akuntansi keuangan dimana setiap hari belajar perhitungan debet kredit sampai rasanya eneg kalau ketemu yang namanya kata neraca..

Tapi bersyukur kepada Tuhan dari semua mata pelajaran itu semuanya bisa terlewati dengan baik. Walau dalam melewati proses itu harus penuh dengan peluh dan tangisan haha..... itu berlebihan. Sampai akhirnya bisa masuk ke jenjang sekolah S2-2 saya syukuri semua itu. Saya percaya beberapa kompasioner juga mengalami hal yang sama dengan saya. Pasti ada beberapa mata pelajaran yang membuat kita trauma sampai sekarang. Mungkin ada yang kimia, bahasa Indonesia sampai pelajaran olahraga.

Sekarang setelah dewasa saya menyadari ada satu mata pelajaran kehidupan yang gampang dan susah dipelajari tapi susah untuk dipraktekan, termasuk saya sendiri. Mata pelajaran itu namanya memaafkan. Memaafkan disini mengasihi dan mengampuni. Bukan hanya ketika perayaan Idul Fitri saja tetapi setiap hari mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

Sekali lagi, jujur saya katakan mudah mengatakan untuk Mengasihi dan Mengampuni tapi susah untuk dipraktekan. Bahkan dari kecil kita sudah dididik untuk minta maaf kepada orang bila kita berbuat salah namun apa bila ada orang yang minta maaf kepada kita, apa kita mudah mengampuninya??

Dengan kondisi sekarang ini, untuk memberikan maaf kepada orang lain rasanya orang semakin jual mahal. Harus ada yang dibayar demi sebuah kata maaf. Coba lihat, dari situasi lingkungan, situasi berkendara sampai situasi bermasyarakat, orang mudah sekali tersulut emosinya ketika ada orang yang melakukan kesalahan walau dia sudah minta maaf berulang kali.

Jadi ingat potongan doa yang diajarkan dari kecil…..ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami… potongan kalimat yang dalam dan memberi inspirasi untuk selalu mengampuni orang setiap saat. Bukan hanya dengan ucapan saja tapi juga dengan tindakan memaafkan.

Ini saya tulis ketika sedang membaca berita belakangan ini yang semakin tidak karuan. semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun