Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mau Menikah? Belajarlah Dari Penguin

19 September 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:49 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan pernikahan yang sejati bisa kita pelajari dari banyak hal, salah satunya dari dunia burung. Unggas atau burung merupakan binatang yang setia. Sebagai contohnya, kita sering mendengar cerita kisah tentang merpati yang begitu tulus dalam mencintai pasangannya. Bahkan sampai ada ungkapan yang berkata begini ‘merpati tidak pernah ingkar janji’ atau ‘cintailah pasanganmu setulus cinta merpati’. Makanya tidak heran bila lambang cinta atau kasih sayang sangat identik dengan burung merpati.

Sebagian besar burung yang ada mengajarkan banyak hal tentang arti pernikahan. Si jantan dan betina yang saling jatuh cinta, mereka kemudian membangun kehidupan dalam dunia perkawinan, membangun sarang bersama- sama, dan membesarkan anak secara bersama-sama pula.

Hari ini saya belajar dari kehidupan burung Penguin (dibilang burung tapi tidak bisa terbang) Unggas ini merupakan salah satu burung paling setia diantara para burung. Mereka menerapkan pernikahan monogami. Satu pasang untuk selamanya dan tidak pernah pindah ke lain hati. . Perlu diketahui, penguin betina dalam membangun suatu hubungan selalu melakukan pemilihan pasangan dan mereka bersaing untuk mendapatkan perhatian penguin laki-laki.Ini sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka, karena pasangan laki-laki juga akan memikul tanggung jawab dalam mengurus telur penguin betina. Burung penguin harus bisa bekerja sama dalam membangun rumah tangga mereka. Seperti yang kita ketahui penguin hidup di antartika dimana musim dingin disana sangat ekstrem. Saat musim dingin yang keras itulah biasanya terjadi masa pembuahan. Telur yang sudah ditetaskan kemudian dierami oleh pejantan.

Pada saat itu penguin jantan mengambil peran dan dengan sabar mengerami telur-telurnya, sedangkan betinanya pergi beristirahat dan mencari makanan di laut. Sementara itu, para penguin laki-laki yang sedang mengeram berkumpul bersama-sama dan saling memberikan kenyamanan dan kehangatan guna melawan cuaca dingin. Penguin jantan ini menjaga telur dalam kejamnya badai salju.Yang pasti, cobaan mereka juga berat. Belum lagi rasa lapar mereka. Nanti, kalau si betina sudah kembali, barulah ia boleh pergi. Dan hal yang mengagumkan ialah, bahwa sementara pasangannya menunggu di sarang, tidak pernah terbersit dalam pikiran penguin itu untuk berselingkuh dengan penguin yang lebih muda atau meninggalkan tanggung jawab mereka untuk mengerami telur. Mereka sangat setia dan berkomitmen dengan pasangannya.

Setelah perut betina terisi penuh oleh makanan, mereka juga menyiapkan makanan untuk anak mereka nantinya. Sewaktu perjalanan panjang kembali selesai, telur sudah waktunya untuk menetas. Mungkin sudah ada beberapa telur yang menetas dan yang pasti mereka dalam keadaan lapar namun biasanya para ayah ini mempunyai cadangan susu yang berada dalam mulut mereka(penguin memberi makan anaknya lewat mulutnya).

Akhirnya, ketika penguin betina datang mereka dengan mudahnya menemukan pasangannya dengan cara si betina membunyikan terompet dan para bapak menjawab sahutannya. Hebatnya mereka mengenali pasangannya dari suara dan bukan dari penampakan. Setelah menemukan pasangannya, mereka akan saling menukar tempat lagi. Kali ini waktunya sang ibu menjaga si bayi dan sang Ayah akan kembali mencari makan setelah 4 bulan tidak makan dan tidak minum. Sebelum pejantan pergi, ia akan bernyanyi buat anaknya dan membuat anaknya mengenali suara bapaknya dan merekam suara anaknya. Kali ini giliran sang ibu mengasuh bayi mereka sedangkan si ayah pergi mencari makan. Di sinilah peran sang ibu jelas terlihat.Setelah beberapa bulan, sang ayah akan kembali lagi ke tempat anaknya dan waktunya keluarga berkumpul. Setelah dewasa barulah penguin ini dilepas oleh orangtuanya untuk mencari kehidupannya sendiri.

Pola asuh dalam kehidupan pernikahan manusia tidak boleh kalah dengan kehihdupan pernikahan penguin. Bila penguin bisa bekerja sama dengan baik dalam membesarkan anak mereka, maka manusia yang memiliki akal budi dan pikiran harus bisa lebih dari mereka. Dari rangkaian cerita di atas, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari kehidupan pernikahan penguin:

-Memilih pasangan yang tepat supaya bisa bekerja sama dalam membesarkan anak. Jangan memilih pasangan yang hanya manis di bibir tapi lemah dalam perbuatan. Penyesalan akan datang kemudian.

-Mampu menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya masing-masing tanpa harus buat perhitungan dengan pasangannya. Contoh: “Saya telah buat begini dan begitu sedangkan kamu tidak buat apa-apa!! Dasar!!”

-Setia dan berkomitmenkepada pasangan masing-masing. Ini yang sering kali menghambat manusia untuk menciptakan keluarga yang bahagia

-Ingat kepada keluarga di rumah dan memberikan perhatian penuh buat keluarga. Menomorsatukan keluarga bukan menomorduakan atau menomor lainnya.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun