[caption id="attachment_135529" align="aligncenter" width="300" caption="Mari kita tertawa"][/caption] Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah ungkapan yang tertulis seperti ini: Bila kamu tidur dengan hati susah, bangunlah besok pagi dan cobalah tertawakan dirimu. Bukan tertawakan kesusahan tetapi tertawakan wajah bangun tidurmu. Percayalah kesusahan kemarin akan menjadi lebih mudah untuk diatasi.
Para medis juga sering mengatakan orang yang mudah tertawa akan lebih cepat sembuh.Saya tidak tahu korelasi tertawa dengan kesembuhan. Tapi mungkin sebuah kutipan dari kitab suci yang mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat itu benar adanya. Ahli-ahli medis masih berusaha mencari tahu bagaimana hal tertawa ini bisa memulihkan secara fisiologis. Tetapi bagi saya menjadi jelas, bahwa tawa (humor) berfungsi seperti obat.
Tertawa tidak membutuhkan resep dokter. Rasanya lebih enak dari pada pil, manjur juga dan harganya lebih murah. Cobalah perhatikan kehidupan anak kecil. Menurut Anda mengapa anak-anak begitu ringan hati, mudah menyesuaikan diri, mampu untuk cepat pulih dan kembali melanjutkan kehidupan ketika sedang mengalami kesusahan? Di antara banyak alasan lainnya, tertawa adalah alasan yang paling menonjol.
Ketika bayi berumur empat bulan, mereka sudah bisa tertawa satu kali setiap jam. Dan ketika mereka berusia empat tahun, mereka tertawa rata-rata satu kali setiap empat menit – atau empat ratus kali sehari. Akan tetapi, ketika kita mencapai usia dewasa, kita hanya bisa tertawa lima belas kali sehari. Menyedihkan bukan??
Saran praktis saya, cobalah tertawa setiap empat menit. Saya jamin sesuatu yang positif akan terjadi dalam emosi Anda. Atau belilah dvd film humor dan tontonlah bersama orang terdekat anda. Rasakan efek domino dari tertawa setelah selesai menontonnya. Seorang psikiater merekomendasikan setengah jam terapi tertawa setiap harinya dan dianjurkan tidak tertawa didepan umum tanpa alasan jelas. Anda bisa dianggap memiliki kelainan jiwa
Kembali ke topik bangun pagi hari. Mungkin jenis tawa yang terbaik adalah ketika kita menertawakan diri kita sendiri – kita tidak akan pernah kehabisan bahan.Bahkan kejadian memalukan di jaman dulu bila diceritakan saat ini bisa menjadi bahan humor bagi teman-teman. Saya pernah menceritakan peristiwa memalukan saat ngompol dicelana waktu SD. Dulu itu memalukan sekarang malah jadi menggelikan.
Penelitian-penelitian baru mengindikasikan bahwa hanya dengan mengantisipasi kejadian yang penuh humor – setidaknya dua hari sebelumnya – tingkat hormon stress akan mulai berkurang dan sistem kekebalan meningkat.
Tertawa tak perlu mengeluarkan gelar doktoral atau gaji yang teramat tinggi. Tertawa adalah karunia Allah yang cuma-cuma. Mungkin Ia tahu bahwa kita memang memerlukannya dalam segala kondisi hidup kita. Jadi mari kita semua tertawa..hahahahahaha........
Selamat tertawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H