Dunia sedang menyuguhi berbagai aneka cerita tentang kehidupan pernikahan dimana ada begitu banyak orang-orang yang dengan mudah mengatakan kata cerai ketika dalam kehidupan rumah tangganya sedang menghadapi masalah.
Bila sudah tidak ditemukan lagi kata sepakat, rasa cinta kepada pasangan, maka jalan pendek yang biasa ditempuh oleh banyak pasangan adalah selingkuh diam-diam, berpisah untuk sementara atau berpisah untuk selama-lamanya alias cerai.
Problema hidup dalam pernikahan seharusnya bisa diantisipasi bila pasangan yang hendak menikah tahu bahwa pernikahan itu hanya untuk orang dewasa bukan untuk anak-anak. Maksud dewasa disini bukan berbicara mengenai umur seseorang, tetapi berbicara mengenai tahu bagaimana untuk bertanggung jawab dan mampu untuk melakukan perannya dengan baik.
Buat apa menikah walau berumur 30 tahun namun belum bisa bertanggung jawab dalam kerja, dalam masyarakat, dalam rumahnya sendiri. Untuk apa menikah bila dalam usia 25 tahun bangun tidur saja butuh orang serumah untuk membangunkan. Lalu kalau tetap ngebet untuk menikah, apa kata pasangan/mertua nanti?
Pernikahan bukanlah sebuah lembaga yang dibuat untuk melegalkan hubungan seks. Upss…. Kalau ini  ada dalam pemikiran orang yang ingin menikah, percayalah cepat atau lambat pasti pernikahannya akan kandas. Institusi yang bernama pernikahan adalah wadah untuk membentuk sebuah keluarga yang menuntut pelaku pernikahan untuk menjadi mandiri dalam berpikir dan menyelesaikan masalah yang bisa tercipta dalam pernikahan. Nah, kalau pelaku pernikahan ini bukan orang dewasa kira-kira apa yang terjadi? Mudah ditebak bukan?
Yang menyedihkan adalah banyak orang ingin menikah dalam usia dini. Bersyukur bila mereka bisa bersikap dewasa walau usia muda, tapi bagaimana kalau mereka masih berperilaku seperti anak-anak? Jaminan saya adalah akan terjadi banyak keributan dan kegalauan dalam pernikahannya.
Setahu saya (ini secara teori dan praktek) dalam pernikahan itu, setiap pelaku pernikahan harus terus-menerus diperbaharui. Â Diperbaharui hatinya untuk mengampuni pasangan, diperbaharui pikirannya untuk menerima pasangan apa adanya, diperbaharui jiwanya untuk bersyukur buat pernikahan yang sedang dijalani walau ada goncangan dan sebagainya. Dan ini semua hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa bukan anak-anak.
Jadi untuk pasangan yang ingin menikah, sudahkah anda dan pasangan anda telah dewasa? Bila merasa belum dewasa lebih baik tunda dulu. Pernikahan adalah tiket 1x jalan. Tidak ada jalan balik bagi yang ingin menikah. Sekali lagi dewasa bukan berbicara mengenai umur, tetapi berbicara mengenai penerimaan akan tanggung jawab. Daripada nanti gagal di tengah jalan lebih baik mantapkan dulu hati dan pikiran.
Yang sudah menikah (ini juga buat saya) mari kita terus menerus diperbaharui hati, pikiran dan jiwanya supaya kita semakin mencintai pasangan kita dengan segala kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Salam pernikahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H