Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jangan Sering Mengatakan Terserah, Berbahaya!

26 Januari 2012   15:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:25 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah percakapan setelah pulang bermain basket.

Andi: “Ton mau makan dimana?

Toni: “Terserah loe”

Percakapan dalam sebuah rumah tangga

Istri : “Pa, hari ini mau dimasakin apa?”

Suami:“Terserah mama saja”

Menemukan kesamaan dalam kedua jawaban percakapan di atas? Ya.. dalam dua jawaban di atas ada kata terserah. Kata yang mudah diucapkan tanpa harus berpikir panjang. Gara-gara kata terserah ini saya dan teman-teman pernah menentukan mau makan dimana saja butuh waktu sekitar 1 jam dan itupun akhirnya suasana makan menjadi tidak enak.

Begitu juga dalam rumah tangga. Istri bertanya mau masak apa, dengan enteng saya menjawab terserah kamu. Setelah dimasak malah tidak mau makan karena tidak selera dengan menunya. Nah runyam deh. Sejak peristiwa ini saya mulai mengurangi kata terserah.

Memang kata terserah merupakan jawaban paling mudah karena dengan demikian kita lepas tanggung jawab. Kita memberikan beban kepada orang lain untuk mengambil keputusan dan jeleknya kalau keputusannya tidak sesuai dengan keinginan diri, maka kita protes keras dan uring-uringan.

Betapa sering kita memberikan jawaban terserah untuk pertanyaan yang membutuhkan keputusan yang tepat. Misal: ‘Kapan kamu mau nikah dengan pasanganmu, kan sudah 5 tahun pacaran?’ ‘Yah, terserah dia sih. Saya mah ikut-ikut aja’. ‘Habis ini mau kuliah dimana?’ ‘Terserah emak gw, dia yang punya uangnya’ ‘Mau kemana loe habis kuliah?’ ‘Terserah waktu dah. What ever will be will be’. Sering dengar seperti ini?

Kalau mau jujur, sebenarnya ketika kita menjawab terserah itu berarti orang lain yang akan mengambil keputusan buat kita dan itu mau tidak mau kita harus mengikuti keputusan tersebut.Kalau kita mudah mengucapkan kata terserah, berarti kita memberi peluang bagi orang lain untuk menentukan pilihan atau tujuan kita. Jadi sebenarnya dengan mengucapkan kata terserah kita secara tidak langsung sudah berada di bawah ‘kendali’ orang lain.

Dan buruknya lagi terkadang keputusan yang diambil karena kata terserah ini akhirnya bukanlah keputusan yang terbaik. Itu adalah keputusan terpaksa karena tidak ada perencanaan. Kalau saja kita tahu keputusan yang harus diambil, maka dengan mudah kita mendapatkan yang terbaik sesuai dengan apa yang kita mau.

Jadi teman-teman janganlah kita mudah mengatakan kata terserah kalau tidak mau rugi dan menyesal. Dengan mengucapkan kata terserah sebenarnya kita sedang mengambang seperti benda yang terapung di atas air dan membiarkan diri terbawa oleh arus. Tentunya teman-teman tahu donk benda apa yang mudah mengapung di atas air? Jawabannya terserah teman-teman..

Semoga bermanfaat dan salam tidak terserah

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun