Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hati-Hatilah Dalam Berkata-kata

30 Mei 2012   10:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:36 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang pernah membaca kisah Itik yang buruk rupa? Saya pernah membacakan kisah ini kepada keponakan saya beberapa waktu yang lalu. Inti cerita ini adalah kisah seekor angsa yang ketika menetas berada dalam kumpulan para itik. Induk itik dan saudara-saudara yang lain menganggap bahwa si angsa memiliki wajah yang buruk rupa.

Mereka tidak menerima kehadiran itik dan diperlakukan tidak adil. Angsa sering kali mendapatkan ucapan-ucapan yang merendahkan dan membuat hati angsa sedih. Angsa sempat kehilangan rasa percaya diri dan menjadi pemalu sampai pada suatu saat dia bertemu dengan sekumpulan angsa yang lain yang sedang berendam. Saat itulah seorang angsa menyadarkan dia bahwa dia bukanlah seekor itik melainkan seekor angsa. Anak angsa ini kemudian bergabung dengannya dan kemudian tumbuh dengan rasa percaya diri.

Itulah inti cerita itik yang buruk rupa. Saya teringat akan sebuah quote yang menyatakan bila seorang anak hidup dengan ejekan, ia belajar menjadi pemalu sedangkan bila seorang anak hidup dengan semangat, ia belajar arti kepercayaan diri. Intinya adalah seorang anak akan tumbuh dengan penuh dengan rasa percaya diri bila mendapatkan perkataan yang bersemangat dari orang tuanya. Nasihat ini juga membuktikan bahwa perkatan yang diucapkan orangtua kepada anaknya menentukan kepribadian dan masa depan anaknya.

Perkataan merupakan sesuatu yang setelah diucapkan tidak bisa ditarik kembali. Sebuah perkataan negatif bisa menjadi pedang bermata dua yang menusuk hati dan pikiran seseorang. Sebuah perkataan juga bisa menjadi air yang menyejukan bagi jiwa yang dahaga. Itu semua tergantung dari kata apa yang kita ucapkan

Sebuah kutipan kitab suci mengatakan “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”. Itulah kekuatan kata-kata. Namun, terkadang kita tidak menggunakan kata-kata dengan bijak. Bila kita tahu kekuatan kata-kata kita , mungkin kita akan berhati-hati ketika berucap. Karena hanya diperlukan beberapa kata untuk membangkitkan amarah seseorang dan dibutuhkan beberapa kata juga untuk menenangkan seseorang

Maka, betapa pentingnya kita mengendalikan lidah. Alangkah baiknya bila berkata-kata hanya kalau itu bermanfaat, membawa berkat—meneduhkan, menghibur, menguatkan, memotivasi. Sebaliknya, kalau kita tahu itu tidak ada faedahnya apa-apa, tidak jelas kebenarannya, bahkan mungkin menyakiti orang lain, mendemotivasi, membuat perpecahan dan memanaskan suasana, lebih baik kita tidak usah berbicara. Dalam situasi demikian, diam berarti emas. Bagaimana? Setuju?

SALAM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun