Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tidak Ada Larangan Pria Menangis

21 November 2011   09:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kemarin ada yang mengatakan bahwa pria itu dilarang menangis. Tidak sepantasnya pria menangis apalagi di depan wanita. Dalam hati saya bergumam, lah ini ajaran darimana yang mengatakan pria tidak boleh menangis. Kitab mana yang mengatakan demikian? Apakah ada yang salah jika seorang pria menangis?

“Pria seperti halnya wanita juga boleh menangis”, bantah saya akhirnya. Pria juga memiliki perasaan emosional. Ada banyak penyebab pria menangis. Ditinggal orang yang dikasihi, kehilangan pekerjaan, ditindak semena-mena, dan sebagainya. Sekali lagi pria juga ciptaan Tuhan yang mempunyai emosi. Bahkan saya pernah mendengar seorang pria yang katanya tidak pernah menangis seumur hidupnya, akhirnya hatinya menjadi luluh ketika ibunya dipanggil oleh Tuhan.

Saya sendiri secara pribadi juga mudah menitikan airmata ketika melihat kisah-kisah inspiratif atau kisah tokoh yang berani memperjuangkan hak-hak orang terpinggirkan walau harus kehilangan nyawanya. Saya juga masih ingat ketika saya menitikan airmata berdoa untuk keadaan keluarga dan keadaan bangsa yang tidak pernah selesai. Apakah saya jadi orang yang cengeng? Tentu tidak.

Bagi saya adalah wajar jika saya menghadapi berbagai masalah dan saya membutuhkan seseorang untuk berbagi dan saya menangis. Saya pernah menangis di depan istri saya mengenai masalah dalam pekerjaan. Tentu saya tidak menangis secara tergerung-gerung. Saya hanya menangis karena merasa tekanan dan himpitan masalah. Istri saya tidak bilang saya cengeng atau lembek. Justru istri saya memberikan dorongan dan topangan untuk saya bangkit kembali.

Selain lega setelah menumpahkan emosi terkadang saya bisa menemukan solusi atau ada masukan dari rekan berbagi saya. Saya mencari artikel terkait tentang airmata dan tangisan. Ini yang saya dapat. Menurut Dr William Frey dari Minnesota, menangis dapat membuat seseorang merasa lebih baik karena air mata yang keluar berfungsi menghapus ketegangan syaraf pada tubuh, yang salah satu penyebabnya adakah stres, karena terbeban masalah. Air mata itu sendiri sebenarnya terbagi dua :

1. Air mata iritasi, air mata yang keluar karena ada benda asing yang masuk ke mata.

2. Air mata emosional, air mata yang keluar karena dorongan emosi atau perasaan.

Jika stress dianalogikan seperti racun, maka jika tidak dikeluarkan dari tubuh  akan menurunkan sistem kekebalan tubuh dan proses biologis lainnya. Proses pengeluaran racun dari dalam tubuh biasanya adalah ketika kita berkeringat dan menangis. Selain melegakan, menangis itupun sehat.

Alasan lain kenapa orang merasa lebih baik menangis saat emosional adalah karena air mata yang keluar  mengandung lebih banyak protein termasuk hormon penyebab stress. Dengan aktivitas menangis ini, air mata  yang keluar akan menstimulasikan produksi hormon endorphin, sehingga muncullah rasa lebih baik pada diri kita.

Menyadari fungsi airmata, tak heran para psikolog merekomendasikan 'menangis' sebagai langkah awal untuk memulai penyembuhan stress Anda. Jadi bagi pria, menangis tidak menunjukan seorang pria itu lemah dan tidak berdaya. Kalau ada anak laki-laki yang menangis janganlah bentak mereka dan suruh untuk mereka untuk diam. Mungkin mereka kesakitan. Mungkin hati mereka terluka atau mungkin mereka sedang tidak berdaya akan masalahnya. Biarkan mereka menangis. Kalau dilarang menangis nanti mereka akan tumbuh menjadi orang yang dingin. Jadi para pria, jika anda merasa tidak sanggup menahannya, menangislah...itu akan melegakan Anda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun