Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemerintah dan Orang Fasik

31 Oktober 2011   10:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:14 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika orang benar bertambah, bersukacitalah rakyat, tetapi jika orang fasik memerintah, berkeluhkesahlah rakyat (Salomo)

Fasik dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai (1) a tidak peduli thd perintah Tuhan (berarti: buruk kelakukan, jahat, berdosa besar); (2) n orang yg percaya kpd Allah Swt., tetapi tidak mengamalkan perintah-Nya, bahkan melakukan perbuatan dosa.

Kalau kita memperhatikan keadaan bangsa sekarang ini, rasanya ucapan raja Salomo sangat relevan dengan kondisi yang ada di lapangan. Rakyat saat ini sedang berkeluhkesah dengan situasi kondisi yang sedang berlangsung. Harga-harga bahan pokok yang semakin lama semakin membumbung tinggi dan mencekik jutaan rakyat yang hidup dalam keadaan elit (ekonomi sulit), belum lagi ditambah permainan poli-tikus yang lincah mengerat harta negara. Hampir semua lapisan masyarakat sudah jengkel dengan oknum-oknum yang duduk dalam pemerintahan.

Apa sebab? ya itu seperti yang ditulis Salomo. Rakyat berkeluh-kesah karena dipimpin oleh orang fasik. Orang yang percaya akan adanya Allah namun tidak mengamalkan perintahnya. Orang yang mengaku religius namun hidupnya sangat rakus. Saya tidak menghakimi seseorang atau sedang menyorot seseorang tapi saya berbicara tentang fakta dan ini benar-benar terjadi di masyarakat. Kita hidup dalam situasi yang hanya menguntungkan beberapa golongan tertentu saja.

Ada tulisan lain dari  Salomo yang mengatakan begini 'kalau pemerintah memperhatikan kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik'. Kalau saya artikan dengan bahasa saya sendiri seperti ini karena pemerintah adalah orang fasik maka pegawainya juga menjadi fasik. Karena pegawainya juga fasik makan rakyat semakin berkeluh-kesah. Rakyat yang semakin menjadi bulan-bulanan permainan oknum pemerintah.

Pemerintah sebagai pihak penanggung jawab untuk mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara lebih suka memperhatikan kebohongan-kebohongan yang dibuat oleh para elit politik dan juga para koruptor. Mereka menutup kebohongan dengan melakukan kebohongan. Para oknum pemerintah ini  mengacaubalaukan sistem pemerintahan sehingga semakin melebarkan jurang ketidakadilan di negara ini.

Kita kekurangan figur jiwa pemimpin yang hidup benar dan jujur. Kurangnya jiwa kepemimpinan ini menyebabkan krisis ekonomi masih terasa di Indonesia. Selama beberapa tahun ini, Indonesia sudah tertinggal jauh dari Malaysia, Singapura, Thailand, bahkan Vietnam yang merupakan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara tersebut sudah mampu keluar dari krisis dan menata ekonominya untuk menyambut permainan globalisasi dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Memang tidak semua yang duduk di pemerintahan adalah orang fasik, tapi selama oknum pemerintah yang fasik tadi melihat dirinya sebagai penguasa bukan pelayan masyarakat, selama itu pula perubahan berarti tidak akan terjadi. Tulisan ini juga hanya salah satu bentuk ketidaksukaan saya dengan oknum fasik yang masih memerintah.

Semoga akan muncul orang benar yang banyak, orang yang masih memegang kejujuran sebagai jalan hidupnya, sehingga rakyat akan bersukacita. Kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi baik dan Indonesia akan melesat menjadi negara yang dipandang sebagai negara yang kuat bukan negara orang fasik. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun