Mohon tunggu...
Dani Febri
Dani Febri Mohon Tunggu... Penulis - Terpercaya, Akurat, dan Kredibel

Yakinkan dengan iman Usahakan dengan ilmu Sampaikan dengan amal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengilhami Pemikiran Juru Bicara Liberalisme & Sang Peneliti Persepsi

2 Agustus 2023   01:00 Diperbarui: 2 Agustus 2023   01:04 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jhon Locke (1632-1704) juru bicara Liberalisme
Biografi : hidup di jaman yg penuh gejolak di inggris. Sebelum lahir, telah terjadi perang saudara antara kaum Cavailer (pengikut raja Charles 1) dengan kaum Roundhead (kekuatan dalam parlemen). Dalam hidupnya, Locke berbeda dengan Hobbes yang menghendaki pemerintahan yang absolut. Locke berpihak pada pemberontakan borjuasi melawan pemerintahan yg absolut, yang kita kenal sebagai glorious revolution.
Locke mengeyam pendidikan di Universitas Oxford. Disana ia gemar dengan fisiologi, dan alergi dengan filsafat skolastik abad pertengahan. Sebenarnya pandangan-pandangan Locke tentang liberal banyak di pengaruhi oleh dosennya yakni Jhon Owen.
Locke pernah di asingkan di Belanda, yang disebabkan akibat kedekatannya dengan keluarga Shaftesbury yang menjadi lawan politiknya raja pada saat itu. Dalam pengasingannya ini Locke menulis karya besar yang berjudul pada esay tentang pemahaman manusia (an essay concerning human understanding). Dalam bidang politik karyanya yang masyur berjudul dua risalah tentang pemerintahan (two treatises on government). Gagasan-gagasan Locke ini lah yang sekarang dipelihara di Inggris dan Amerika.
USAHA MEMUKUL AJARAN TENTANG IDEA-IDEA BAWAAN.
Pemikiran Locke banyak di pengaruhi dari transisi Abad pertengahan menuju renaisans. Tokoh yang ia kagumi salah satunya Rene Descartes. Walaupun Locke banyak membaca karya-karya Descartes tetapi ada sisi dimana ia tidak sepakat atas rasionalisme Descartes yang beranggapan bahwa pengetahuan dapat diperoleh secar apriori. Dalam teori Descartes dijelaskan seseorang dapat berpikir dan memiliki asumsi segala sesuatu, sebelum bertemu dengan pengalaman. Teori apriori Descartes hasil pengembangan pemikiran dari karyanya Plato tentang kebenaran. Pada karnyanya Locke yang berjudul an en essay conserning human understanding (sebuah esai tentang pemahaman manusia). Locke mengantam ajaran kuno itu dengan sebuah pendekatan filosofis yang berbeda sama sekali dari rasionalisme.
Menurut Locke, pendobrakan idea-idea bawaan ini di analogikan seperti manusia yang terlahir sama dengan kertas kosong, dengan ia hidup pengalaman-pengalamannya lah yang memberi warna dan gambaran pada manusia atau kertas kosong itu. Dengan demikian pengalaman kebenaran dan kenyataan dipersepsi subjek melalui pengalaman bukan bersifat bawaan.
PROSES PIKIRAN, IDEA SIMPLEKS, DAN KOMPLEKS
Teori pengetahuan Locke merintis apa yang sekarang disebut psikologi. Dengan berangkat dari pengalaman ia beriman bahwa idea-idea yang kita pikirkan itu terjadi melalui proses pengindraan yang sangat rumit. Mengapa? Sebelum kita berpikir abstrak, kita lebih dahulu harus mengamati warna, ukuran,bentuk, mencium bau, atau mendengarkan sesuatu. Mekanisme ini kita tangkap dari dunia luar diri kita yang nantinya menjadi proses internal pikiran kita. Semua idea yang dihasilkan dari penangkapan langsung ini oleh Locke disebut idea simpleks.
Menurut Locke ide-ide abstrak kita tentang ruang, waktu, bilangan, yang oleh para rasionalis dianggap “bawaan” sebetulnya itu adalah hasil penyusunan ide-ide simpleks yang terpecah-pecah menjadi idea kompleks yang bersifat universal. Proses ini oleh Locke disebut Abstraksi. Misalnya, pada tahap idea simpleks kita melakukan pengamatan kepada manusia A yang berbadan kurus, manusia B berbadan gemuk, manusia C berbadan kuat. Ditahap kedua, pisahan-pisahan dari idea simpleks inilah yang kemudian membentuk idea abstrak tentang hakikat manusia atau humanity.
ADANYA DUNIA OBJEKTIF
Seperti para rasionalis, Locke juga membahas masalah adanya dunia fisik di luar subjek yang mengetahui. Dalam hal ini Locke membedakan antara idea dan kualitas. Jika idea adalah proses dari pengalaman-pengalaman, sedangkan kualitas adalah kekuatan-kekuatan pada objek untuk menghasilkan idea-idea dari diri kita. Contoh dari Locke sendiri adalah kualitas bola salju. Artinya apa? Dalam hal ini, bola salju memiliki daya-daya untuk menghasilkan idea putih, dingin, dan bulat dari objek. Sedangkan persepsi yang terjadi dalam subjek inilah yang disebut idea.
Selanjutnya Locke membagi kualitas menjadi dua macam. Yang pertama adalah kualitas primer dan kedua kualitas sekunder. Kualitas primer sebuah objek, menurutnya tak berubah yang artinya melekat pada objek itu. Idea-idea simpleks dihasilkan dari kualitas ini. Contohnya adalah gerak, massa, keluasan dsb. Kalau kualitas primer inhern pada objek, kualitas sekunder adalah daya-daya yang mempengaruhi subjek, maka juga berubah-ubah menurut subjek.  Misalnya, idea manis, pahit, nimkat, nyaman, marah dsb, dihasilkan dari kualitas sekunder objek. Dalam hal ini locke mencoba mendeskripsikan bahwa kualitas primer ia tegaskan adanya dunia objektif atau kebenaran dalam objek, tetapi dalam kualitas sekunder ia juga tegaskan bahwa objek juga dapat menjelaskan bermacam-macam pengindraan dalam diri kita atau subjek.
Meskipun tidak bermetafisika secara tradisional Locke sebenarnya juga bermetafisika ketika menjelaskan dunia objektif itu ada. Pandangan metafisis itu harus dilengkapi epistemologinya. Dalam hal ini ia berkeyakinan bahwa dunia objektif itu ada, secara epistemologis dia menegaskan kita hanya dapat mengetahui kualitas-kualitas dunia objektif. Teory pengetahuannya ini yang di kemudian hari di kritik oleh G.Berkeley, Kant, dan David Hume.
ETIKA YANG MEMUJA KENIKMATAN
Ajaran etika Locke ini banyak yang mengutuknya dimana-mana. Tetapi anehnya dimana-mana orang juga diam-diam menganutnya, banyak Filsuf tradisional dan filsuf-filsuf dari Jerman dan Prancis berpendapat bahwa tingkah laku kita di tentukan oleh asas-asa moral yang bersifat apriori dan universal. Locke menentang gagasan macam itu dan menegaskan bahwa yang menentukan tindakan-tindakan kita bukan lah asas-asas universal, melainkan sesuatu yang berasal dari pengalaman indrawi, yaitu rasa nikmat dan rasa sakit. Sesuatu yang menyenangkan kita sebut baik dan sesuatu yang menyakitkan kita sebut jahat. Sebaliknya sesuatu yang secara moral baik tentu menghasilkan kenikmatan dan kebahagiaan, sedangkan sesuatu yang secara moral jahat akan menghasilkan rasa sakit atau penderitaan.
Locke dalam ajaran etisnya menempatkan lima nilai yang patut dikejar dalam hidup. Pertama adalah kesehatan, yang memungkinkan kita menikmati kebahagiaan dengan pancaindra. Kedua adalah nama baik atau kehormatan, atau kenikmatan yang diperoleh dari pengakuan sosial. Ketiga adalah pengetahuan, yang memungkinkan kita mengubah objek-objek kenikmatan. Keempat adalah berbuat baik, tindakan yang memberi kepuasan. Yang kelima adalah harapan dalam kebahagian yang abadi.
AJARAN POLITIK
Dalam Two Treatises on Government, Locke berbeda dengan Hobbes. Locke membayangkan keadaan asali manusia bukanlah sebagai keadaan perang (jahat), melainkan keadaan yang baik (firdaus). Keadaan asali itu manusia hidup bermasyarakat dengan diatur oleh hukum-hukum kodrat dan masing-masing individu mempunyai hak-hak yang tak boleh dirampas darinya. Dalam masyarakat asali itu ada kebebasan dan kesamaan. Pertanyaanya, mengapa kemudian ada negara? Locke menjelaskan bahwa karena keadaan asali manusia yang bebas dan independen itu dipertahankan dalam masyarakat, individu-individu mengadakan kontrak sosial. Lewat Kontrak sosial inilah pemerintahan atau kekuasaan eksekutif yang dibatasi oleh hukum-hukum dasar tertentu lahir. Hukum-hukum itu melarang pemerintah merampas hak-hak individu. Lalu mengapa masyarakat tidak dibiarkan dalam keadaan asalinya, mengapa masih diperlukan negara? Ia menjawab dengan dalil pemerintah diperlukan untuk menjamin keamanan seluruh masyarakat. Fungsi pokok pemerintah kata Locke adalah untuk menjamin hak milik pribadi. Lanjutnya, agar kekuasaan eksekutif tidak menjadi tirani. Maka, kekuasaan legislatif harus dipisahkan dengan eksekutif.
Selain menjadi juru bicara Liberalisme, Locke adalah perintis paham HAM. Pandangannya terhadap negara bisa dikatan ambigu. Disisi lain ia mengatakan bahwa negara hadir untuk menjamin hak milik pribadi, tetapi disisi lain ia mengaskan haru batasi kekuasaan. Karena, kekuasaan yang panjang cenderung korup.

GEORGE BERKELEY (1685-1753) SANG PENELITI PRESEPSI
Biografi: ia adalah Filfus Irlandia. Di usia muda ia sudah belajar dan mengajar menggunakan bahasa Yunani di Kilkenny School dan Trinity College. Ia merupakan seorang Kristiani, ia juga memimpin pertobatan orang-orang Indian Amerika dan ingin mendirikan sebuah kolase di Kepulauan Bermuda. Pada tahun 1729 ia beneran kesana untuk mewujudkan impiannya. Selama ia tinggal di Amerika, pengaruh filsafatnya dari Berkeley cukup besar. Pada tahun 1931 ia kembali ke Inggris dan diangkat sebagai pemimpin agama Katolik (Uskup Cloyne). Di era ia memimpin agama Katolik Irlandia ia menerapkan kebijakan toleransi pada para penganut Katolik Roma di Irlandia. Setahun sebelum ia meninggal, ia sempat melanjutkan studinya di Universitas Oxford. Karya tulisnya antara lain Treatise Concerning The Principles of Human Knowledge, Essay Toward a New Theory of Vision.
KRITIK ATAS LOCKE
Meskipun pemikiran Berkeley banyak di pengaruhi oleh Locke, Berkeley mengkritik pengandaian-pengandaian dasar Locke. Ia menolak idea-idea abstrak yang ditarik dari objek-objek konkret. Misalnya, Locke membedakan antara Idea dan Pengalaman. Pengalaman ia anggap sebagai sesuatu yang berasal dari objek, sedangkan idea adalah pengalaman yang dicerna oleh subjek.  Berkeley tidak setuju dengan perbedaan itu. Menurutnya, idea dan pengalaman itu satu hal yang sama. Pengalaman yang oleh Locke diartikan sebagai pengalaman indrawi, oleh Berkeley diartikan sebagai pengalaman batiniah. Dengan cara itu lah persepsi, citra, dan idea sama dengan pengalaman.
ESSE EST PERCIPI
Tidak adanya dunia material. Berbeda dari Locke, Berkeley tidak percaya adanya idea-idea di luar pikiran kita. Dengan konsep kualitas primer Locke mendukung anggapan itu. Oleh Berkeley, suatu objek ada berarti objek itu dapat dipersepsi oleh pikiran kita. Segala pandangan metafisis tentang adanya kenyataan-kenyataan yang tidak dapat dipersepsi oleh pikiran kita adalah omong kosong. Ucapannya ini terkenal dengan “esse est percipi” (being is being perceived) arti lebih dalam dari ucapan ini adalah adanya dunia materi sama saja dengan idea-idea kita sendiri. Jadi, sebetulnya menurut Berkeley dunia material di luar kesadaran itu, substansi material. Tidak ada. Yang ada adalah idea penangkapan persepsi kita. Adanya sesuatu tak lain dari kesan-kesan yang teramati oleh subjek.
Pandangan Berkeley ini terkesan seperti rasionalisme karena memutlakkan subjek. Akan tetapi bila diperhatikan lebih lanjut pandangan ini termasuk empirisme, sebab pengetahuan subjek itu diperoleh dari pengalaman, bukan prinsip-prinsip rasio,meskipun itu adalah pengalaman batin. Lanjutnya Berkeley menegaskan tentang adanya sesuatu sama dengan pengertiannya dalam diri subjek, Berkeley berpandangan idealistis. Dia tidak percaya adanya dunia luar, sebaliknya beranggapan bahwa dunia adalah idea-idea kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun