Tanggal 23 Juli, ya ya. Mereka bilang ini adalah hariku. Mungkin aku begitu berharga di negeri ini hingga satu hari di antara 365 hari dipersembahkan untukku. Sebelumnya terima kasih untuk itu, walaupun aku tidak tahu, dan mungkin tidak akan pernah tahu, apa maksud itu semua. kalau boleh jujur, bukan hal-hal seperti itu yang kami mau. Kami hanya ingin perhatian. Kalian orang dewasa harusnya tahu, betapa tidak berdayanya kami. Tanpa ada perhatian dari siapapun, kami merasa seperti anak yatim piatu, yang mesti berjalan sendiri menghadapi kerasnya jalanan, membuat keputusan sendiri, menanggung segala resiko sendiri. Cukuplah sudah eksploitasi yang kalian timpakan ke kami. Kami tidak butuh keprihatinan kosong kalian. Seperti yang selalu tampak dalam foto-foto kampanye para calon pejabat, kami bukannya bangga, justru merasa seperti iklan tas yang bisa dijinjing dan dijual. Dipeluk, diemban agar mereka disebut sebagai orang yang penuh belas kasihan dan perhatian. Padahal pada kenyataannya, itu semua adalah bohong belaka. Semua itu Hanya untuk kepentingan mereka sendiri. Setelah itu kami ditinggal begitu saja. Dan juga, aku tidak butuh air mata atau rasa belaskasihan kalian. Sajak-sajak atau gambar-gambar yang kalian buat tentang kami. Buat apa itu semua, kalau setelah itu pun kalian diam. Sudahlah, wahai orang-orang dewasa. Kami tidak memerlukan perayaan-perayaan. Bagi kami, kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman dalam bermain dan mendapatkan pendidikan adalah perayaan terbesar dalam hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H