Mohon tunggu...
Kabir Akbar
Kabir Akbar Mohon Tunggu... Human Resources - Penulis yang sedang ingin berbagi peran dan memberi manfaat

Imajinasi Karya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keunikan Pulau Muna: Kehidupan di Bawah Tanah

1 April 2017   17:50 Diperbarui: 2 April 2017   02:00 2889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Muna, pulau yang memiliki luasan sekitar 2.889 km2 dan dihuni oleh 268.140 jiwa ini adalah salah satu pulau yang unik di Indonesia. Keunikan tersebut disebabkan akibat keseluruhan pulau Muna ini tersusun oleh batu kapur yang sangat identik dengan bentanglahan karst. Karst adalah salah satu wilayah yang memiliki karakteristik yang unik dari segi relief dan juga sistem sungai (drainase) bawah tanah (Walhi, 2014). Karakteristik inilah yang membuat wilayah karst umumnya menjadi pusat perhatian ahli karst maupun berbagai bidang lainnya seperti Speological Science, Biologic and Zoological, Cave and Diving Exploration maupun bidang-bidang lainnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim Asosiasi Speleologi Pyrénéene, Prancis (2007), pulau Muna tidak hanya memiliki potensi kekayaan pantai dan danau saja tetapi terdapat pula pada kekayaan bawah tanah yang sangat indah. Adanya sistem percelaan atau rongga pada daerah karst menyebabkan terbentuknya aliran sungai bawah tanah dengan kekayaan fauna atau spesies bawah tanah yang unik. Selain itu, keindahan bawah tanah Pulau Muna terlihat secara fisik pada kejernihan air yang sangat tinggi (berwarna biru), volume air, dan keindahan dinding saluran sungai bawah tanah. Hal ini disebabkan kondisi sungai bawah tanah yang masih sangat alami dan belum terpengaruh oleh aktivitas manusia.

muna-png-58df84db187b617b46145ded.png
muna-png-58df84db187b617b46145ded.png
Penelitian yang diikuti oleh Louis Deharveng Anne Bedos, Geoff Boxshall, Damià Jaume, Cahyo Rahmadi, Stefan Eberhard dan Franck Bréhier dilakukan pada beberapa gua di Pulau Muna seperti gua Hada, Siaha, Wasonta dan lain sebagainya. Eksplorasi Cave and Diving yang dilakukan pada bulan September tahun 2007 tersebut membuahkan hasil yang sangat penting bagi pengembangan kepentingan ilmiah khususnya terhadap kekayaan, kelangkaan, keunikan dan keberagaman biota yang tersembunyi di bawah tanah Pulau Muna. Berdasarkan laporan ekspedisi tersebut yang terangkum pada Resume De L’expedition dijelaskan bahwa banyak spesies air baru yang ditemukan. Beberapa koleksi spesies yang berhasil ditemukan dalam penelitian ini diantaranya adalah ikan dan beberapa kepiting spesies baru yang telah beradaptasi pada lingkungan sungai bawah tanah di Pulau Muna. Selain itu, juga ditemukan beberapa Copepoda dan Amphipoda yang sangat menarik serta beberapa tembikar yang belum diketahui usianya.

muna1-png-58df858c3497739d6d8b446c.png
muna1-png-58df858c3497739d6d8b446c.png
Kekayaan keanekaragaman hayati yang tersembunyi dibawah tanah Pulau Muna merupakan salah satu potensi yang sangat besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa hasil penelitian telah disajikan oleh National Museum of Natural History of Paris, Perancis dan Speleo International Magazine. Keunikan lain yang dimiliki oleh karst Muna dan harus dikembangkan dengan baik adalah memiliki perairan baik sungai bawah tanah maupun perairan danau yang masuk ke dalam kategori “anchialine”. Anchialine ini merupakan danau atau perairan yang tidak memiliki hubungan permukaan air dengan laut disekitarnya, walaupun masih terpengaruh oleh pasang surut air laut seperti yang nampak adalah Danau Moko, Danau Ubur-Ubur di Lohia dan perairan sungai bawah tanahnya. Pemandangan seperti ini yang jauh lebih banyak dan merupakan keindahan tersendiri yang dimiliki oleh karakteristik karst di Pulau Muna apabila dibandingkan dengan karst di wilayah lainnya di Sulawesi, seperti Karst Maros di Sulawesi Selatan dan lain sebagainya.

danau-randhano-ghage-danau-di-pulau-muna-sulawesi-tenggara-58df85afdb22bdaa08d44af5.jpg
danau-randhano-ghage-danau-di-pulau-muna-sulawesi-tenggara-58df85afdb22bdaa08d44af5.jpg
Harapan penulis melihat potensi ini tentu saja diperlukan pengembangan khususnya penataan yang baik terhadap berbagai situs maupun kekayaan alam Muna dengan tetap memperhatikan karakteristik wilayah sebagai bentanglahan karst yang unik. Salah satu kekhawatiran dari wilayah karst adalah memiliki risiko yang relatif tinggi terhadap kerusakan akibat adanya aktivitas industri pertambangan, misalnya penambangan batu gamping sebagai bahan baku pembuatan semen. Pasalnya, potensi sesungguhnya dari karst adalah sebagai sumber air baku dan ketergantungan penduduk Muna sendiri terhadap sumber mataair kawasan karst ini sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh pengelolaan mataair Jompi yang berperan penting dalam menyuplai kebutuhan air bersih masyarakat se-Kota Raha. Dengan demikian diperlukan upaya yang serius untuk melindungi kawasan disekitar mataair Jompi untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun kerusakan fungsi ekologis karst dalam menampung air bawah tanah.

Selain ditinjau dari aspek sumberdaya air, karakteristik karst yang unik merupakan modal yang besar untuk menarik perhatian para wisatawan baik untuk tujuan wisata maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Salah satu contoh lokasinya terdapat pada Gua Liangkabori, Gua Motonduno dan Gua Sugi Patani yang memiliki potensi yang sangat besar dalam memadukan kedua alasan diatas. Tetapi, sampai detik ini nampaknya belum ada upaya yang serius baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan penataan yang baik dilingkungan situs tersebut sehingga memungkinkan kenyaman untuk dikunjungi oleh wisatawan maupun peneliti yang tertarik pada kajian tersebut. Hal ini didasarkan karena tidak banyak lokasi di Indonesia yang memiliki ornamen atau lukisan yang menggambarkan karakteristik kehidupan pra aksara dikawasan karst. Sependek pengetahuan penulis, selain ada di Pulau Muna, lukisan-lukisan tersebut juga ada di kawasan karst Maros, Sulawesi Selatan sehingga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan.

pulau-muna-58df85c2187b614946145deb.jpg
pulau-muna-58df85c2187b614946145deb.jpg
Terakhir, kekayaan alam ini merupakan karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia untuk disyukuri dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan untuk menjamin keberlanjutan kehidupan. Dengan adanya kelestarian lingkungan yang baik merupakan salah satu penunaian tugas atau amanah yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagaimana terdapat pada Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 30. Semoga kita termasuk kedalam golongan yang mampu mengerjakan amanah tersebut dengan sebaik-baiknya dan tidak tergoda oleh iming-iming apapun yang dijanjikan oleh manusia, sebab janji Allah jauh lebih baik daripada janji-janji manusia.

Rujukan penulis:

Jurnal Tanah dan Air : Ongkos dibalik agenda Pembangunan Infrastruktur dalam Rejim Korporasi. Edisi Agustus-September 2014: Walhi.

Rapport de cette expedition (Resume De L’expedition) Plongee Speleo & Biologie souterraines de Muna, Indonesie. 2007. Speleological Pyrénéene Asosiation.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun