Mohon tunggu...
Kabati
Kabati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ruang Kerja Budaya

Penulis dan aktivis sosial budaya berdomisili di Padang Sumatera Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembukaan Festival Galanggang Arang 2024

5 Mei 2024   20:22 Diperbarui: 9 Mei 2024   20:04 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padang -- Malam Minggu (4/5/2024) pukul 20.00, hujan sedianya akan turun. Semenjak siang, gabak telah muncul di langit. Prakiraan cuacapun sudah menyataan akan turun hujan di Padang, namun ternyata tidak jadi. Hanya sedikit rinai namun kemudian berhenti. Apakah karena tuah Galanggang Arang? 

"Mungkin," jawab Edy Utama sambil tertawa lepas. Dia adalah salah seorang kurator Festival tahunan  dalam rangka memperingati keberadaan warisan dunia Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) itu. 

Edy Utama, yang akrab dengan sapaan Bung  tampak sangat sibuk. Dia bertugas sebagai penanggungjawab utama di sesi pembukaan. Empat orang kurator lainnya juga tak kalah berkeringat. Mereka, Koko Sudarmoko, Dede Primayoza, Mahatma Muhammad dan Donny Eros adalah para kurator papan atas di Sumbar untuk kegiatan-kegiatan kebudayaan . 

Acara ini sebenarnya digagas oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan  Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ini tahun kedua penyelenggaraan festival semenjak WTBOS ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 6 Juli 2019 lalu, di Kota Baku, Azerbaijan. 

Kalau tahun lalu temanya Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia, maka tahun ini menjadi Anak Nagari Merawat Warisan Dunia.

"Di Indonesia ada 10 warisan dunia yang diakui Unesco. WTBOS salah satunya. Pemerintah ingin masyarakat Sumatera Barat turut serta merawat dan mengembangkannya sehingga menjadi sumberdaya kebudayaan yang bermanfaat bagi kehidupan kita," ujar Irini Dewi Wanti dari atas panggung, sesaat sebelum gong resmi pempukaan festival dipukul bersama2. 

Acara pembukaan berlangsung di bawah Jembatan Siti Nurbaya, lokasi yang iconik di Kota Padang Lama. Ada aneka atraksi kesenian, tari kolosal dan pembacaan puisi serta rabab. Orang-orang menikmatinya dalam suasana santai.

"Tidak beraroma formal seperti pada pembukaan festival yang sama tahun sebelumnya. Keakraban lebih mengena. Aku suka konsep seperti ini," komentar Atik, salah seorang penonton yang hadir.

"Sayang sekali kali ini tidak ada buku acara seperti pada festival tahun lalu. Jadi kita mengandalkan info dari medsos aja. Harusnya panitia membagikan buku acara untuk festival sehebat ini," keluh Nasrul Azwar, seorang  jurnalis senior yang juga hadir meliput acara. 

Selain pejabat pemerintah hadir kelompok elit minangkabau serti ninik mamak dan bundokanduang. Ada istri Gubernur Sumbar juga.  Ya, seperti umumnya festival yang digagas pihak pemerintah. Namun malam itu ada yg istimewa. Kurator menghimpun anak-anak muda dari 17 etnis yang menghuni kota Padang. Mereka kemudian mendeklarasikan diri sebagai penjaga, perawat serta siap terlibat aktif dalam upaya pengembangan WTBOS dan objek pemajuan kebudayaan lain yang ada di Padang. Malam itu mereka membacakan Deklarasi Galanggang Arang dengan penuh semangat. Ketujuhbelas etnik tersebuat adalah, Minang, Jawa, Batak, Betawi, Melayu, Banjar, Nias, Toraja, Flores, Sunda, Madura, Palembang, Mentawai, Mandar, India dan Aceh, Tionghoa

Selamat atas dimulainya Festival Galanggang Arang 2024. Semoga membawa kebahagiaan dan manfaat bagi rakyat* (ka'bati)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun