Mohon tunggu...
Soultan Kabasaran
Soultan Kabasaran Mohon Tunggu... Auditor - Gelar adat

Andai dunia terlalu sempit, hati terlalu luas ntuk ditempati sendiri , banyak ruang yang DIA anugerahkan didalam sana tentu sangat cukup untuk berbagi. Hidup hanya sekali, Mari buat berarti.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hati-Hati dengan Virus Ganas Di Ujung Lidah

30 September 2011   07:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:28 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dalam pengertian umum label dapat diartikan sebagai suatu ” sebutan ” yang ditempelkan terhadap ” sesuatu ” sehingga dengan sebutan itu terbentuk sebuah persepsi subjektif tentang sesuatu tersebut.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Drs.Yandianto ), label antara lain adalah; 1. Sepotong kertas, kayu, logam dan sebagainya yang ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang barang tersebut; 2. Etiket atau merek dagang; 3.Petunjuk singkat tentang zat-zat yang terkandung dalam obat-obat dan sebagainya.

Tulisan ini dibatasi hanya tentang pelabelan ( pemberian label ) kepada manusia. Tidak jelas sejak kapan budaya pemberian label muncul dalam peradaban manusia namun kalau pemberian nama kepada seseorang dapat kita kategorikan sebagai pelabelan maka budaya tersebut telah ada sejak tuhan menciptakan manusia, bukankah Adam dan Hawa adalah label yang tuhan berikan kepada nenek moyang kita.

Pemberian nama ( baca label pertama ) terhadap seorang anak seringkali mengandung muatan atau makna tertentu yang didalamnya terbungkus harapan atau keinginan dari orang tua atau si pemberi nama.
Pemberian label terhadap manusia tidak hanya monopoli orang tua atau kerabat dekatnya dan tidak pula berhenti setelah pemberian nama ( baca label ) pertama diterima, ia akan selalu bertambah terlepas apakah si penerima ” label ” setuju atau tidak setuju dengan label-label yang diberikan. Kita mengenal kata ” Al Amin ” yang merupakan salah satu label yang diberikan kepada nabi besar Muhammad SAW, kata ” sang juru selamat ” adalah label yang ditempelkan para pengikutnya kepada nabi Isa AS.

Sewaktu kecil hampir semua kita dapat dipastikan mempunyai label selain label ( baca nama ) yang diberikan oleh orang tua, ketika di sekolah dasar teman-temanku memberi aku label " Lakon ", Label ini mungkin diberikan setelah teman-teman melihat gaya keseharianku yang senang menirukan gerakan seorang bintang film yang sedang memainkan suatu peran atau lakon, ada juga temanku yang diberi label ” gagap " karena cara bicaranya memang tergagap-gagap, sementara seorang teman lainnya diberi label ” ayam " karena teman tersebut pernah ketangkap maling ayam.
Seiring dengan bertambahnya usia dan hadirnya relasi baru dalam kehidupan, label-label baru terhadap kita pun ikut bertambah.
Tidak seperti label akademis ( baca; gelar ), pemberian label terhadap manusia tidak ada aturan bakunya dan semua hal bisa dijadikan ” asbabunnuzulnya ” , ia bisa diilhami oleh ciri-ciri fisik , prestasi gemilang, kebiasaan unik, perilaku buruk sesaat, kejadian aneh yang menimpa. Intinya apa saja bisa menjadi inspirasi lahirnya label atas seseorang. Penempatan label biasanya disebutkan dibelakang nama kecil sang penyandang label.

Sepanjang yang aku ingat setidak-tidaknya ada enam label yang pernah diberikan padaku dalam penggalan waktu yang berbeda oleh relasi / komunitas berbeda dan sebagian bisa aku ketahui ”asbabunnuzulnya ” sementara sebagian lain tidak.
Ketika masih balita para kerabat dekatku memberi aku label ” pujangga kecil ” hanya karena begitu fasihnya aku dalam berbalas pantun, waktu SD teman-teman melabeli aku dengan Didi ” lakon ” ( Didi nama kecilku ), di SMP aku dipanggil Didi kancil karena kecilnya tubuhku dan lihainya aku bersilat lidah , di SMA teman-teman memanggilku Didi ” Udin ” ( ????? ), waktu kuliah aku diberi label ” UU " ( ????? ) , awal-awal bekerja diberi label ” Asri " ( asyik sendiri ) dan terakhir pada saat menikah para tetua sukuku memberi aku label berupa gelar yang telah temurun yaitu : ” KABASARAN ” dan tentu masih ada lagi label-label lain yang menempel setelah namaku. Semua label-label tersebut sampai sekarang masih berlaku dalam lingkup komunitas yang memberikannya.

Dalam konteks aku, untungnya label-label yang diberikan tidak mengandung makna atau muatan negatif, setidak-tidaknya itu menurut persepsiku. Tapi mari kita lihat apa yang diterima oleh salah seorang teman karibku Badu ( Bukan nama sebenarnya ).
Sebelum sekolah kami menyebutnya Badu Ingus karena sepanjang hari badu selalu beringus, sewaktu di SD setidak-tidaknya temanku ini dapat tiga label populer ; Badu " kutu", Badu "kentut" dan Badu "bodoh", untuk dua label pertama dilhami oleh banyaknya kutu dikepalanya dan seringnya ia kentut sementara label ketiga diberikan karena butuh waktu yang lebih lama bagi guru untuk menjelaskan sesuatu kepadanya dan seingatku label ini diberikan olehsalah seorang guru kami pada puncak frustrasinya dalam menerangkan rumus perkalian pada pelajaran berhitung, selanjutnya pada awal-awal usia remaja temanku ini mendapat label ; Badu "ngintip", Badu "gatal" dan badu "resek" dan menginjak dewasa dia peroleh lagi label baru ; Badu "ayam", Badu "malas", Badu "durhaka", dan Badu "lapuk" dan sekarang entah label apalagi yang dia dapat dari relasi-relasi hidupnya,

Pernah suatu ketika dengan kemarahan yang membatu temanku Badu mengeluhkan betapa ia sangat tertekan dengan label-label yang dilekatkan padanya, betapa dunia ini sangat tidak adil terhadapnya, betapa label-label itu telah memenjarakannya, betapa seakan-akan label-label tersebut telah terpahat permanen dalam jati dirinya sehingga sebesar apapun usaha yang dia lakukan untuk menghapus label-label tersebut, sebaik apapun sesuatu yang ia kerjakan untuk mengupayakan lahirnya label baru yang positif tetap saja semuanya sia-sia dan dengan dendam kesumat dan sedikit ancaman dia bergumam ” akan kuciptakan label-label lainnya yang akan membuat kalian semua tidak nyaman.” ( ayo ..siapa yang jahat ? kami semua kah atau temanku Badu ).

Ada lagi teman lain namanya ” Budi ” ( bukan nama sebenarnya ), sepanjang yang aku tahu tentang dia rasa-rasanya tidak ada yang begitu istimewa darinya setidak-tidaknya sampai kami tamat SMA, namun lihatlah dalam hal anugerah label ia adalah anak yang paling beruntung di angkatan kami.
Inilah jejeran label yang ia terima sampai tamat SMA ; Budi "baik", Budi "lincah", Budi "mancung", Budi "Penolong", Budi "sabar", Budi "santun" dan Budi "rajin". Tak jarang temanku Budi ini dijadikan referensi oleh orang – orang tua untuk mengajari anak-anak mereka dan kabar terakhir yang aku dengar saat ini temanku Budi menjadi salah seorang pimpinan wilayah sebuah Bank BUMN. Adakah pengaruh label-label yang ia terima terhadap sukses hidupnya saat ini ...wallahualam.

Sering kali kita melihat atau bahkan mengalami sendiri ; orang tua, saudara , kerabat dekat, teman, orang sekampung, rekan kerja atau siapa sajalah memberi label tertentu terhadap anak, keluarga, teman atau seseorang dan tentu sepanjang label yang diberikan bermakna positif - ” it is fine-fine saja ”- namun alangkah sedihnya kalau label yang diberikan bermuatan makna negatif seperti; bodoh, pemalas, sirik, cengeng, jelek ect.

Menurut ilmu ” memetika ”, label adalah sesuatu yang hidup, ia tumbuh dan berkembang terus menerus di alam bawah sadar si penerima maupun si pemberi label. Label lebih ganas dari virus yang masuk dan berkembang dalam tubuh manusia ; virus hanya berkembang didalam tubuh yang dimasukinya sementara label akan masuk dan berkembang di alam bawah sadar si penerima,  si pemberi label dan orang-orang yang mendengar.
Bukankah referensi awal yang sering keluar dari alam bawah sadar dalam setiap kontak relasi yang kita lakukan adalah label-label yang pernah disandang sang relasi ?. Terlepas dari benar atau tidaknya makna yang terkandung pada label-label tersebut setidak-tidaknya ia telah membangun suatu ” persepsi subjectif ” tentang seseorang sehingga masih dapatkah disebut relasi yang kita lakukan benar-benar netral, tidak bermuatan, autentik, tulus dan alami .

Adakah anda juga punya label ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun