Sebenarnya sadarkah kita, viralnya video "Edy Rahmayadi Jewer Pelatih Billiar" diduga seperti sengaja digoreng untuk kepentingan politis? Bagaimana tak curiga, pemberitaan terkait video ini secara serentak naik di beberapa media online dengan narasi yang hampir sama plus penggiringan opini yang cenderung sama pula. Jadi kalau kita perhatikan secara detail, semua narasinya ibarat "rilis resmi" yang seolah-olah memang sengaja disebar diduga untuk kepentingan tertentu.
Entah siapa yang punya "hajatan" kita juga tidak bisa tebak, namun ibarat pepatah "pucuk dicinta ulam pun tiba", pasca berita ini menyebar luas secara massif di media-media online, para politisi pun ramai-ramai tampil "cari panggung".
Tak perlu lah kita sebut namanya disini, tapi bagi orang-orang yang aktif mengikuti dinamika politik di Sumut ini, pasti akan langsung "ngeh" begitu tahu siapa-siapa saja orang ini. Dan pastinya mereka juga menyimpan "jagoan" untuk persiapan 2024 mendatang. Gak usah munafik lah kita, ini udah mau tahun 2022 lho, memang sudah saatnya semua politisi di Indonesia ini, apalagi Sumut, mulai "memanaskan mesin". Jadi maklum saja, upaya pembusukan karakter pada sosok yang potensial (salah satunya Edy Rahmayadi) harus dilakukan sekarang, kapan lagi kan??
Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi kini memang menjadi sosok yang sangat populer di Indonesia, masuk bursa calon presiden dibeberapa Lembaga Survey Nasional, bahkan sering disanding-sandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang juga sedang "diserang" di Jakarta. Bedanya, di DKI Jakarta, Anies masih dibela partainya, kalau di Sumut, partai pendukung Gubernur Sumut Edy nampaknya sudah punya jagoan juga, makanya ikut-ikutan "nyerang".
Justru, melalui momentum "video jewer" ini membuktikan bahwa lawan-lawan politik Gubernur Edy Rahmayadi tak punya bahan lagi untuk menyerangnya. Karena secara kinerja, Edy Rahmayadi sudah tak perlu diragukan lagi, Reformasi Birokrasi, "Semua Urusan Musti Uang Tunai" Leyap seketika, Predikat Provinsi terkorup mulai pudar. Hutang Provinsi Lunas terbayarkan. Rela mengelilingi Sumut demi memperhatikan kondisi rakyatnya, tidak ada jarak seorang pemimpin dengan rakyatnya. Siapapun boleh datang kerumahnya. Dapat penghargaan seabrek karena prestasi yang diukirnya selama menjabat sebagai Gubernur.Â
Jadi, karena tak punya bahan lagi, dipakai lah isu tendensius seperti ini untuk menyerang Gubernur Sumut. Ibarat "mamak-mamak komplek" yang dikaji masalah perasaan, bukan substansinya! Padahal, dijewernya pelatih itu karena memang pada dasarnya tak fokus pada apa yang disampaikan Gubernur, yang saat itu sedang membahas UANG RAKYAT! berat lho tanggung jawabnya dunia akhirat! Itupun kalau kita masih takut sama Tuhan.
Sehingga sebagai pemimpin, melihat pelatih terkesan "gak serius" "gak fokus" seperti itu ya wajar dong ditegur, dan suasana saat itu juga sembari bercanda supaya suasana cair, tapi oleh pelatih itu (karena gak fokus tadi) dikiranya pulak serius kan, tiba-tiba langsung kabur dia.
Yang terpenting jadi catatan, saat itu Gubsu menekankan agar Sumut memperbaiki prestasi PON XX yang saat itu Sumut hanya dapat 13 besar! Malu gak kita orang Sumut? Ya harusnya malu lah! Bentar lagi 2024 Sumut jadi tuan rumah PON XXI, sempat jadi pecundang kita di rumah kita sendiri, gimana coba?? Nanti disalahin lagi Gubernurnya. Padahal yang "ayam sayur" dan "gak serius" siapa coba??Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H