Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebersihan kok Nunggu Perintah, Bos

9 September 2015   06:29 Diperbarui: 9 September 2015   07:34 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Nah, apalagi CV, itu artinya yang bekerja sudah kontrak kerja, dan mereka harus membersihkan sampah di lingkungan kantor utama”.

“Justru CV-nya yang minta tambahan insentif, Pak”.

Belum lagi saya selesai berbincang dengan Heru, saya sudah melihat “pasukan bersapu”, berbondong-bondong datang ke Lapangan Segitiga.  Ada seorang pengawas di sekitar lapangan itu.

“Gara-gara sampah, saya jadi  kena marah direksi.” pengawas itu menggerutu, yang mungkin hanya didengar oleh dirinya sendiri.

“Kenapa kamu yang harus nyapu, kan bukan giliran CV-mu?” tanya saya pada salah satu petugas kebersihan.

“Kena marah direksi Mas, kalau tidak dibersihkan,” jawabnya pendek.

“Oooo, jadi, kalau tidak dimarahi  Direksi sampah ini akan tetap dibiarkan?!”

**

Peristiwa diatas, hanya sekelumit realitas, yang sering terjadi di masyarakat kita. Membersihkan sampah, sering berdasar pada ke-inginan untuk dipuji, dilatari oleh uang seseran, takut dipecat, takut dimarahi direksi, atau karena ada kunjungan seorang pejabat.

Ini sama halnya, ketika suatu kampus Perguruan Tinggi di Palembang, akan kedatangan salah satu Menteri. Karena kebetulan, jalan masuk ke kampus yang berjarak  400 meter itu, disesaki oleh pedagang kakilima. Maka satu hari sebelum Pak Menteri datang, semua diusir,  dipaksa pindah, untuk sesaat saja, sampai Pak Mentri pulang ke Jakarta. Persis dengan membersihkan sampah, karena takut dengan direksi.

Menjelang dan pada saat pelaksanaan Sea Games di Palembang juga begitu. Semua yang semrawut seketika rapi. Pedagang kakilima dan semua bentuk kekumuhan disulap jadi metropolis, mewah, tertata dan rapi. Tujuannya apa? Supaya tidak dimarahi Presiden dan Pak Menteri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun