Tuhan sepertinya memang belum bersedia melenyapkan kemiskinan dan orang miskin, karena kita masih perlu banyak berbuat, untuk membayar hutang-hutang kebaikan Tuhan kepada kita, sejak lahir hingga sekarang.
Untunglah, Tuhan belum mencabut kemiskinan dan menghabisi orang miskin. Itu pertanda, Tuhan masih berbaik hati dengan kita. Ini bentuk solidaritas Tuhan buat kita. Tuhan masih memberi kesempatan kita untuk melakukan perbaikan diri melalui kemiskinan untuk menyongsong kematian?
Pesan saya, janganlah kita hanya bisa menyimpan “tumpukan tinja” di dalam rumah, karena itu akan membuat kita makin tidak mengerti siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan. Lalu kita tidak pernah sadar ruang diri kita, dimana Tuhan dan dimana kita.
Jika di hadapan kita ada “jembatan emas” yang mengantarkan kita sampai pada kesempuraan ketataatan pada Tuhan dengan berbagi antar sesama, mengapa kita sering memilih menyimpan “tinja” di dalam rumah?**
Palembang, 1999-2001
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H