Mohon tunggu...
Kabar MPM
Kabar MPM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Majelis Pemberdayaan Masyarakat

Kabar Pemberdayaan Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan Peningkatan Produksi Pangan untuk Menghadapi Lonjakan Populasi pada 2050

24 September 2024   14:43 Diperbarui: 18 Oktober 2024   16:45 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : www.pixabay.com)

Umat manusia ke depan setidaknya akan menghadapi dua tantangan yang pasti datang dan harus siap untuk dihadapi, serta dicari penyelesaiannya, yaitu masalah pangan dan energi.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Romadhoni Surya Saputri pada (3/9) di Kantor Suara Muhammadiyah.

Menurut Wakil Dekan Fakultas Peternakan UGM ini, untuk memperluas dan menguatkan perspektif tentang pertanian, maka peta permasalahan tidak cukup jika hanya disempitkan pada sektor pertanian -- sebab ini merupakan masalah pangan.

"Karena problem kita bukan pertanian, tapi problem kita adalah pangan. Ke depan saya kira ada dua tantangan terbesar yang perlu disiapkan oleh kita semua, dan generasi mudah, yaitu tantangan di masalah pangan dan energi," katanya.

Merujuk beberapa sumber, Dhoni menyebut bahwa pada 2050 diperkirakan populasi manusia di dunia mencapai 9,7 miliar. Sementara di Indonesia pada 2045 sampai 2050 penduduknya diperkirakan bertambah menjadi kurang lebih 300 juta jiwa.

Kenaikan jumlah penduduk tersebut, katanya, membutuhkan peningkatan jumlah produksi pangan sebanyak 50 persen dari yang dihasilkan saat ini. Akan tetapi untuk mencapai jumlah tersebut terdapat berbagai tantangan yang harus dijawab.

Tantangan tersebut menurut Dhoni meliputi penyempitan lahan sebagai resiko urbanisasi. Tantangan itu sebenarnya menurut Dhoni telah direspon oleh Pemerintah dengan membuka food estate di berbagai kawasan di luar Jawa.

Akan tetapi Dhoni menyebut, proyek tersebut memiliki potensi tinggi akan mengalami gagal panen. Dia menjelaskan, karena dari lahan hutan yang dibabat tanahnya masih asam, belum siap dijadikan lahan untuk tanaman pangan produktif.

"Para ahli itu mengatakan tujuh kali tanam dulu baru bisa berekspektasi panen. Karena sebelumnya itu pasti gagal panen, meskipun panen tapi tidak banyak," kata Dhoni.

Tantangan selanjutnya untuk meningkatkan jumlah produktivitas pangan sebesar 50 persen adalah menurunnya jumlah tenaga kerja produktif di sektor penyediaan pangan. Anak-anak mudah sudah enggan untuk terjun di dunia penyedian pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun