Mohon tunggu...
Sandika Wandara
Sandika Wandara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis, Penulis dan Wiraswasta

Sosok Penulis dari kalangan Mahasiswa sangat di impikan oleh pemimpin bangsa. bangkit dan bergerak menuju Indonesia Emas 2045.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sandika Wandara: Pemuda Inspiratif dari Batang Hari

30 November 2024   16:34 Diperbarui: 30 November 2024   23:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjalanan menentukan perjuangan (Sumber: Dokumentasi panitia PBAK)

Sandika Wandara: Pemuda Inspiratif dari Batang Hari

Desa Rantau Kapas Mudo, di Kabupaten Batang Hari, Jambi, adalah tempat di mana kehidupan berjalan perlahan namun penuh kedamaian. Di desa ini, pagi hari dimulai dengan suara azan subuh yang menggema dari masjid kecil, memanggil penduduk untuk menunaikan salat. Kabut tipis sering menyelimuti sawah-sawah hijau yang terbentang luas, sementara anak-anak berlarian di pematang, membawa tas sekolah lusuh namun penuh harapan. Dari desa sederhana inilah Sandika Wandara memulai perjalanan hidupnya.

Sandika lahir pada tanggal 6 Agustus 2002, di tengah keluarga yang memegang teguh nilai-nilai agama dan budaya. Ayahnya adalah seorang buruh tani, sementara ibunya mengelola rumah tangga dengan penuh cinta dan kesabaran. Mereka bukan keluarga yang kaya, tetapi mereka kaya akan semangat dan keyakinan bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari keterbatasan.

Sejak kecil, Sandika dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Ia sering mengaji di musholla bersama anak-anak di desa. Dari sana, ia belajar tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan berbagi dengan orang lain. Ibunya, di sisi lain, selalu menanamkan nilai-nilai kerja keras. Ia sering berkata, "Sandika, hidup ini seperti sawah. Kalau kau tidak menanam dengan sungguh-sungguh, jangan harap bisa panen yang baik." Kata-kata itu terus terngiang di benaknya hingga dewasa.

Masa Kecil dan Pendidikan Dasar

Di usia enam tahun, Sandika mulai bersekolah di SD Negeri 01/1 Pasar Muara Tembesi. Ia adalah murid yang rajin dan sering kali menjadi pusat perhatian di kelas. Namun, bukan karena ia paling pintar, melainkan karena ia suka membantu teman-temannya yang kesulitan. Guru-gurunya sering memuji kebaikan hatinya. Bahkan, ada cerita di mana Sandika rela berjalan kaki sejauh dua kilometer untuk membantu seorang teman yang lupa membawa buku pelajaran.

Di sela-sela kesibukannya belajar, Sandika juga sering membantu ibunya di rumah. Keseimbangan antara tanggung jawab di rumah dan sekolah membuatnya tumbuh menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab.

Ketika ia lulus SD, Sandika melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Batang Hari. Di sinilah ia mulai mengenal dunia organisasi, khususnya melalui Gerakan Pramuka. Awalnya, ia bergabung karena diajak oleh teman-temannya. Namun, semakin lama, ia menyadari bahwa Pramuka bukan sekadar kegiatan ekstrakurikuler biasa. Di sana, ia belajar tentang kepemimpinan, kerja sama, dan pentingnya melayani masyarakat.

Perjalanan di SMP dan SMA: Titik Awal Kepemimpinan

Saat duduk di bangku SMP, Sandika mengikuti pelatihan Pramuka pertamanya. Ia ingat betul saat itu ia harus berkemah di tengah hujan deras. Malam itu, tenda yang ia dirikan bersama timnya hampir roboh. Sandika mengajak teman-temannya bekerja sama untuk memperbaikinya. Semangatnya menginspirasi orang lain, dan sejak saat itu, ia mulai dikenal sebagai pemimpin yang tangguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun