Pendidikan formal memberikan fondasi yang sistematis dan terstruktur, mencakup kurikulum yang dikembangkan sesuai standar nasional dan internasional. Kelebihannya adalah disiplin, struktur, dan kemampuan mengembangkan kemampuan dasar akademis, seperti matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan. Namun, seringkali pendidikan formal cenderung kaku dan terbatas pada teori, sehingga kurang fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan minat atau potensi unik anak.
Di sisi lain, Pendidikan Nonformal lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan minat, bakat, serta kebutuhan anak. Misalnya, kegiatan ekstrakurikuler, kursus keterampilan, atau pendidikan berbasis komunitas memungkinkan anak mengembangkan soft skills seperti kepemimpinan, keterampilan sosial, kreativitas, dan critical thinking. Pendidikan nonformal ini bisa jadi lebih responsif terhadap perkembangan dunia kerja yang dinamis, karena fokusnya pada keterampilan yang aplikatif.
Peran keduanya yang saling melengkapi bisa diwujudkan melalui kombinasi kurikulum formal yang diselingi dengan program nonformal yang terencana. Misalnya, sekolah bisa mengintegrasikan proyek atau praktik lapangan, yang memungkinkan anak untuk menerapkan teori yang didapat dalam konteks nyata. Begitu juga dengan mendorong anak mengikuti kegiatan nonformal di luar sekolah, seperti kursus keterampilan digital, workshop kreativitas, atau program pengembangan minat.
Pendidikan nonformal sangat penting untuk semakin diperkuat karena bisa memberikan pembelajaran yang fleksibel dan lebih beragam untuk masyarakat. Pendidikan nonformal, seperti kursus keterampilan, pelatihan vokasional, program belajar masyarakat, hingga pembelajaran daring, dapat melengkapi pendidikan formal dengan menawarkan keterampilan praktis, pengetahuan tambahan, dan pengembangan soft skills yang sering kali tidak tercakup dalam kurikulum formal.
Pendidikan Nonformal bisa melengkapi pendidikan formal dalam beberapa cara utama:
1. Menyediakan Keterampilan Praktis dan Langsung.
Pendidikan nonformal sering kali fokus pada keterampilan teknis dan vokasional yang dibutuhkan di pasar kerja, seperti pemrograman, pemasaran digital, desain grafis, dan sebagainya. Keterampilan ini dapat membantu lulusan pendidikan formal agar lebih siap terjun ke dunia kerja.
2. Memberi Akses Pendidikan yang Lebih Fleksibel
Pendidikan nonformal tidak memiliki batasan usia, waktu, dan tempat yang ketat, sehingga cocok bagi siapa pun yang ingin belajar, baik pelajar, pekerja, atau bahkan orang tua. Hal ini memungkinkan orang-orang yang terlewat dari jalur pendidikan formal untuk tetap memiliki kesempatan mengembangkan diri.
3. Mengembangkan Soft Skills
Pendidikan formal biasanya fokus pada teori dan akademik, sedangkan pendidikan nonformal banyak mengajarkan soft skills seperti keterampilan komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, dan kemampuan beradaptasi. Soft skills ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan kerja.
4. Memberikan Pembelajaran yang Lebih Personal dan Terfokus
Pendidikan nonformal sering kali bisa disesuaikan dengan kebutuhan individu, baik dari sisi materi, metode, maupun intensitas. Hal ini membantu peserta untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan minat serta kebutuhannya.
Dalam konteks pendidikan yang lebih ideal, pendidikan formal dan nonformal seharusnya saling melengkapi. Pendidikan formal dapat berperan sebagai fondasi pengetahuan, sementara pendidikan nonformal memberikan keterampilan spesifik, fleksibilitas, dan relevansi praktis dalam kehidupan. Dengan begitu, pendidikan yang baik bukan hanya menghasilkan individu yang terampil, tetapi juga siap menghadapi berbagai tantangan di dunia nyata.
Penulis: Sandika Wandara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H