Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menguak Keajaiban Perspektif 'Tidak Terlalu Serius' dalam 'Peh Tem' Karya Sulaiman Tripa

17 Januari 2023   14:15 Diperbarui: 17 Januari 2023   14:32 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Info grafis. Sumber: resensor/penulis

Keberadaan tuan rumah sebagai seorang akademisi berpengaruh membuat Apa tergiur untuk menjalin hubungan yang sarat manipulasi. Berkat sumbangan itu, Apa berharap sang tuan rumah bersedia dijadikannya sebagai sekutu untuk meraih kepentingannya sebagai politisi kampung. 

Info grafis. Sumber: resensor
Info grafis. Sumber: resensor

Di luar dugaan, tokoh si Apa memberikan amplop yang keliru. Niat hatinya bisa memberikan amplop berisi uang dalam jumlah banyak. Realitasnya, Apa memberikan amplop kosong. Dengan demikian, tindakan Apa bukan peh tem sesuai rencana, melainkan peh tem soh karena kaleng yang dipukul tersebut ternyata soh (kosong).     

Sebagian karya Sulaimana Tripa selain Ph Tm. Sumber: Bandar Publishing
Sebagian karya Sulaimana Tripa selain Ph Tm. Sumber: Bandar Publishing

Setelah esai Peh Tem berakhir, menyusul pula esai-esai bernas lainnya. Meskipun masing-masing esai menghadirkan ide-ide yang berbeda, perspektif 'tidak terlalu serius' tetap mewarnai keseluruhan esai. Kendati 'tidak terlalu serius', Peh Tem tetap berhasil menjentik zona nyaman atau membimbing kita untuk berpikir. 


Melalui Peh Tem, Sulaiman Tripa menggurui kita tanpa terkesan menggurui dan kita pun tidak akan terkesan digurui. Bila dibaca berulang kali, Peh Tem menuntun kita untuk 'pulang ke dalam diri' dan meneguhkan kembali kesadaran eksistensial. Kita jadi sadar bahwa perubahan besar bisa dimulai dengan sebuah langkah sederhana, yaitu'tidak terlalu serius' dalam menyikapi kehiupan.   

Dari Peh Tem kita menyadari bahwa sikap 'terlalu serius' bisa merugikan karena kehidupan penuh dengan peristiwa yang 'tidak masuk akal'. Sikap 'terlalu serius'---sebagaimana yang dimiliki tokoh Apa dalam Peh Tem---akan menjelma obsesi dan ambisi yang tidak sehat, sehingga membuat kita cenderung menghalalkan segala cara untuk memenuhi hasrat egoistik dan rentan menimbulkan kerugian di kemudian hari.    

Sementara itu, di balik perspektif 'tidak terlalu serius' tersimpan keajaiban berupa sikap 'tidak terlalu serius'. Sikap ini membantu kita untuk tidak reaktif dan lebih tenang dalam menjalani hidup. Berkat 'sikap tidak terlalu serius', kita bisa memaksimalkan energi kehidupan dan tidak kehilangan akal sehat dalam meraih tujuan hidup.      

Sikap 'tidak terlalu serius' sangat kita butuhkan dalam proses pesta demokrasi Pemilu 2024. Agar pemilu berjalan dengan lebih damai dan potensi konflik bisa lebih mudah untuk diredam. Apalagi, siapa pun presiden dan manteri yang terpilih pada Pemilu 2024; tetap hanya diri kita sendiri yang bisa mengubah nasib kita, bukan?     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun