Mohon tunggu...
Kabar Kelinci
Kabar Kelinci Mohon Tunggu... -

Kabar Kelinci Indonesia adalah situs pengetahuan dan informasi Kelinci. Hadir untuk menjadi solusi wirausaha bagi orang-orang kreatif yang ingin meningkatkan pendapatan ekonomi, pemberdayaan, peningkatan gizi dan penciptaan lapangan kerja baru. Sebagai media yang sudah berjalan, rasanya Kompasiana adalah pilihan awak redaksi Kabar Kelinci Indonesia sebagai cara interaktif yang lain. http://kelinci.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Kelinci dan Globalisasi

10 November 2009   09:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:23 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis global menciptakan pengangguran baru. Lapangan kerja yang cupet membuat nafas hidup jutaan rakyat megap-megap. Tekanan demi tekanan ekonomi di negeri ini seolah-olah tak akan pernah berujung. Bagaimana kita melangkah menuju kehidupan ekonomi yang lebih baik? Yang harus dilakukan ialah meninggalkan asumsi dan harapan datangnya “ratu adil” bernama lapangan pekerjaan. Lapangan kerja, apalagi jika itu diharapkan datang dari pemerintah hanyalah mitos. Kalaupun ada sekian persen terbuka lapangan kerja belum tentu kita bisa masuk ke “tanah yang dijanjikan” itu. Orang baik bukan hanya mampu berpikir baik, melainkan juga harus berani melangkah, menerobos gulita ekonomi Indonesia.

Maka, slogan ciptakan lapangan kerja sendiri adalah suatu keharusan yang tak bisa ditunda lagi. Ada banyak peluang usaha, dengan modal uang secukupnya dan bisa menjamin masa depan lebih pasti ketimbang kerja “nguli kantoran”. Dari sekian peluang itu, kelinci adalah kata kuncinya. Orang bijak mestinya tak akan memalingkan diri dari informasi baru atau informasi yang asing. Kebaruan adalah fitrah kehidupan, dan sesuatu yang asing itu ialah kabar baru yang harus diserap dipahami secara mendalam. Beternak kelinci adalah sesuatu yang baru dan asing. Tetapi di sinilah ujian kita sejauh mana mampu menjadi manusia bijak untuk membangun kehidupan ekonomi baru. Kalau akar masalahnya adalah sektor riil, maka ternak kelinci adalah akar yang bisa ditanam sebagai tumbuhan uang. Kalau masalahnya adalah kesulitan membayangkan praktek ternak kelinci, maka solusinya jelas mempelajari, baik belajar dari peternak langsung maupun dari buku-buku bacaan. Globalisasi membutuhkan sikap yang revolusioner untuk membangun ekonomi keluarga kita ke arah yang lebih baik. Ternak kelinci membukakan jalan untuk meraih sukses tersebut. ‘

rabbithabbit
rabbithabbit
Pertanyaan yang patut diajukan di sini ialah, kenapa orang lantas tidak berbondong-bondong beternak kelinci? Pasti ada faktor di baliknya. Pertama, masyarakat kita sudah jauh dari “ideologi” beternak maupun bertani. Kebanyakan orang sudah bosan menyandang predikat tani. Peternak, termasuk petani itu identik dengan keterbekalangan. Ini berbeda dengan asumsi masyarakat negara maju di mana predikat petani sejajar dengan predikat usahawan di bidang teknologi, atau pengusaha modern lainnya. Kalau di negara maju rata-rata anak-anak muda yang berlatar belakang keluarga petani dan memperoleh pendidikan pertanian/peternakan berusaha maksimal tetap mengembangkan dunia pertanian/peternakan, lain dengan kaum muda Indonesia. Bahkan sarjana pertanian pun enggan bertani. Mereka lebih memilih menjadi kuli-kuli dengan menyerahkan secarik kertas label sarjananya. Kedua, tidak memiliki lahan dan sarana pendukung, seperti pasokan rumput, pengelolaan pakan dan lain sebagainya. Masalah konvensional yang akan selalu terjadi di belahan dunia manapun ini sering dijadikan alasan. Nusantara dengan dua pergantian dua musim serta sumberdaya alam yang sangat mendukung masih dianggap problem. Kita lupa bahwa di negara-negara lain kondisi alamnya kalah jauh dengan Indonesia justru dijadikan tantangan untuk meraih sukses. Ketiga, ketidaksukaan pada hewan peliharaan. Masalah pertama adalah faktor budaya. Ini adalah masalah mentalitas bangsa secara umum di mana kalangan muda kita lebih dengan gaji pragmatis ketimbang menjadi entrepreneur, terutama di bidang peternakan atau pertanian. Alih-alih mengejar potensi ternak, mengejar potensi dirinya saja tidak mampu. Mereka lebih suka menghargai dirinya sekedar sebagai kuli ketimbang jadi wirausaha mandiri. Masalah ini agak sulit dipecahkan karena sudah menjadi masalah mental. Faktor kedua sebenarnya bisa dipecahkan. Kita tahu setiap usaha selalu ada halangannya,-baik lingkungan, sarana, modal maupun ilmu pengetahuan. Di sini, selama ada niat dan tekad untuk mewujudkan usaha dipastikan akan mendapat jalan keluar. Sedangkan masalah ketiga adalah masalah selera yang bisa dimaklumi. Dunia usaha tidak sekedar ditentukan oleh modal atau keinginan, melainkan sangat erat ditentukan oleh hobi. Bahkan, hobi itu sendiri yang paling banyak menentukan kesuksesan orang untuk menjadi pengusaha sukses. Karena itu, jika di antara kita sudah memiliki jiwa peternak sekaligus wirausahawan, berniat sungguh-sungguh dan mencintai kelinci, maka modal dasar inilah yang akan mengantarkan pada kesuksesan. Soal modal uang, pemasaran, sarana pendukung, relasi dan ilmu pengetahuan bisa didapatkan sambil menjalankan usaha. Beternak kelinci butuh jiwa kewirausahaan karena tidak sekadar mengelola ternak, melainkan harus mahir memimpin gerbong peternakan yang mana di dalamnya terdapat komponen-komponen di luar urusan ternak. Masalah pakan misalnya, membutuhkan pemahaman yang mendalam dari seorang peternak. Karena itu seorang peternak disyaratkan harus banyak memahami ilmu nutrisi hewan. Demikian juga dengan masalah kesehatan hewan. Seorang peternak yang baik juga dituntut mengenal kesehatan hewan beserta obatan-obatannya.

Pengolahan kotoran untuk pemanfatan pupuk juga menjadi bagian terpenting dari seorang peternak agar semua potensi yang ada pada kelinci bisa dimanfaatkan secara maksimal. Tak kalah pentingnya adalah kemampuan peternak dalam hal manajemen keuangan, manajemen pengelolaan karyawan, manajemen pemasaran dan lain sebagainya. (dari buku TERNAK UANG BERSAMA KElINCI, Panduan bisnis, investasi, marketing dan pemberdayaan ternak kelinci, faiz manshur 2009) http://kelinci.wordpress.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun