Kancah permainan politik di Indonesia seakan tidak ada habisnya. Belum lama ini Indonesia telah menerima berbagai kasus yang masih seperti "buah segar", yang hanya dibeli namun tidak dimakan. Pasalnya, kasus-kasus yang sering melibatkan nama-nama politikus besar maupun nama partai tertentu, ujung-ujungnya selalu ditinggalkan, atau prosesnya tidak jelas. Kali ini Indonesia kembali terkena kasus rumit yang melibatkan partai "anu" (tidak usah disebut namanya juga sudah tahu), partai tersebut tentunya berhubungan langsung dengan orang nomor satu di negeri ini, sedangkan sang tersangka adalah salah satu anggota partai tersebut. Seluruh anggota partai kalang kabut, penegak hukum juga bingung, sementara dengan kemajuan media saat ini bisa muncul berbagai macam opini. Bahkan saat ini, untuk melakukan sebuah "fitnah" sangatlah mudah.
Ya, fitnah. Tindakan yang menurut ajaran Agama Islam lebih buruk ketimbang membunuh. Tidak heran, orang yang terkena fitnah nama baik seluruh anggota keluarganya biasanya akan hilang. Sakit hati, dikucilkan, mendapat perlakuan buruk, tidak ada orang lain selain keluarga yang akan mempercayai Anda (meskipun ada juga sebagian orang yang masih percaya), fitnah merusakkan seluruh sistem kesejahteraan sosial seorang individu maupun kelompok. Sekarang fitnah yang satu ini merupakaan fitnah yang mungkin biasa atau sudah biasa. Orang-orang pastinya sudah sering mendengar sebuah fitnah atau kemalangan lainnya yang diterima oleh pemimpin kita, namun terlalu sering fitnah yang diterima juga lama-lama kita semakin bosan (bahkan beberapa fitnah dan "cobaan" yang diterima serasa tidak masuk akal dan terlalu digumbar-gumbar, padahal katanya itu "dokumen rahasia). Terus menerus kita disuapi oleh isu baru yang kedepannya tidak akan pernah kelar membuat saya jenuh, semua itu juga tidak luput dari peran media. Ada hal yang menurut saya sudah biasa atau basi namun disebarluaskan oleh media, pada dasarnya itu memang sudah tuntutan dan tugas media untuk menyebar dan memberikan informasi kepada massa (bahkan saya sendiri agak ragu untuk menulis blog ini).
Pada akhirnya Indonesia hanyalah sebuah negara hukum yang penuh dengan kejanggalan hukum di dunia ini. Bukan bermaksud menyinggung atau meremehkan, tidak ada warga negara di dunia ini yang mau melihat negaranya sendiri hancur, negara tempat kelahirannya yang membawa seribu kenangan meski ia berada di ujung dunia pun pasti akan selalu diingatnya di dalam hati. Hanya saja untuk sebuah negara berubah butuh waktu yang sangat lama, meskipun itu perubahan yang sangat kecil sekalipun, bila tidak dilakukan secara konsisten, hal itu tidak akan pernah terwujud. Semoga kedepannya bukan hanya pemimpin kita yang berubah, namun kita semua juga harus ikut berubah, wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H