b. Pengaruh Angin Monsun
Sulawesi dipengaruhi oleh dua pola angin monsun utama:
- Monsun Asia: Monsun ini terjadi selama bulan-bulan musim hujan (sekitar November hingga Maret), ketika angin yang datang dari Asia membawa banyak uap air dari Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik, menyebabkan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Sulawesi.
- Monsun Australia: Terjadi selama musim kemarau (sekitar Mei hingga September), saat angin bertiup dari arah selatan dan membawa udara kering dari Benua Australia. Angin ini menyebabkan penurunan curah hujan dan musim kemarau di bagian selatan dan timur Sulawesi.
c. Kelembapan Tinggi
Kelembapan relatif di Sulawesi umumnya tinggi, berkisar antara 70% hingga 90%, tergantung pada musim dan lokasi. Kelembapan tinggi ini dihasilkan oleh suhu hangat dan curah hujan yang cukup konsisten di wilayah tropis. Di daerah dataran rendah yang berdekatan dengan pantai, kelembapan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan yang lebih sejuk.
d. Suhu yang Stabil
Suhu di Sulawesi umumnya stabil sepanjang tahun, dengan rata-rata berkisar antara 25°C hingga 28°C. Di dataran tinggi atau pegunungan, suhu bisa lebih rendah, terutama pada malam hari. Fluktuasi suhu yang rendah ini disebabkan oleh posisi geografis Sulawesi yang dekat dengan khatulistiwa, yang membuat perbedaan suhu antara siang dan malam serta antara musim tidak terlalu signifikan.
e. Variasi Mikroklimat
Topografi Sulawesi yang bergunung-gunung menciptakan mikroklimat di berbagai wilayah. Wilayah-wilayah pegunungan, seperti pegunungan di Sulawesi Tengah, memiliki suhu yang lebih sejuk dan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dataran rendah. Mikroklimat ini dapat mendukung keanekaragaman hayati yang unik di Sulawesi, termasuk habitat bagi tanaman endemik seperti eboni dan fauna khas lainnya.
f. Pengaruh Fenomena Cuaca Global
Sulawesi, seperti wilayah tropis lainnya, dipengaruhi oleh fenomena cuaca global seperti El Niño dan La Niña:
- El Niño: Selama fenomena ini, suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian timur lebih hangat dari biasanya, yang dapat mengurangi curah hujan di Sulawesi. Hal ini menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan kekeringan di beberapa bagian pulau.
- La Niña: Sebaliknya, La Niña ditandai oleh suhu permukaan laut yang lebih dingin di Pasifik timur, yang meningkatkan curah hujan di wilayah Sulawesi. Ini dapat menyebabkan musim hujan yang lebih lama dan intensitas hujan yang lebih tinggi, yang berpotensi meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor di wilayah pegunungan.
Wilayah Sulawesi Tengah, tempat persebaran utama eboni, memiliki variasi iklim mikro yang dipengaruhi oleh topografi pegunungan dan lembah, yang menciptakan kondisi iklim lokal yang unik. Hal ini penting dalam memahami bagaimana tanaman eboni beradaptasi dengan lingkungannya.